2.1 Sejarah Perkembangan Asesmen
Portofolio
Menurut
sejarahnya, portofolio pertama kali digunakan pada dunia seni, merujuk pada
kumpulan karya seorang seniman secara kronologis yang merupakan cerminan
perkembangan berkeseniannya. Dalam bidang pendidikan, portofolio pertamakali
digunakan dalam pendidikan
seni.
Selanjutnya portofolio berkembang ke bidang pendidikan bahasa, matematika dan
sains, dan ilmu-ilmu sosial. Dalam bidang pendidikan bahasa, portofolio banyak
digunakan sebagai bahan penilaian kemampuan membaca dan menulis.
Dalam
kurun waktu dua dekade terakhir ini, asesmen portofolio telah digunakan dalam
dunia pendidikan, utamanya di negara-negara berkembang. Keberadaannya menjadi
semakin penting karena adanya perubahan-perubahan dalam cara memandang
bagaimana mestinya penilaian perkembangan belajar dilakukan, sejalan dengan
pandangan bahwa individu belajar bersifat holistik sekaligus individual. Kini,
asesmen portofolio digunakan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat
perguruan tinggi. Universitas Tokyo adalah salah satu perguruan tinggi pertama
yang menggunakan portofolio sebagai bahan pertimbangan penerimaan mahasiswa
baru. Di negara-negara maju, asesmen portofolio telah lama digunakan untuk
menilai perkembangan profesional seorang calon guru (teacher education). Di
Amerika Serikat bahkan beberapa distrik dan negara bagian telah menggunakan
asesmen portofolio secara formal, seperti di San Diego dan Vermont. Di
Indonesia, wacana tentang asesmen portofolio banyak terdengar sejak lahirnya
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dimana asesmen portofolio merupakan
salahsatu pendekatan asesmen yang paling komprehensif yang digunakan.
2.2
Pengertian
Portofolio
Istilah
portofolio dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu
proses sosial pedagogis, maupun sebagai adjective. Sebagai suatu wujud benda
fisik portofolio itu adalah bundel, yakni kumpulan atau dokumentasi hasil
pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundel. Misalnya hasil tes
awal (pre-test), tugas-tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan, keterangan
melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir (post-test), dan sebagainya.
Sebagai suatu proses sosial pedagogis, portofolio adalah collection of learning
experience yang terdapat di dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud
pengetahuan (kognitif), ketrampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif).
Hermana
dalam Ine Kusuma Ariyani mengemukakan bahwa portofolio adalah kumpulan hasil
karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan
teratur, maka portofolio sangat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai
kemampuan dan pemahaman siswa serta memberikan gambaran mengenai sikap dan
minat siswa terhadap pelajaran yang diberikan. Diungkapkan oleh Dasim
Budimansyah kata kunci dari portofolio adalah hasil karya terpilih siswa.
Maknanya adalah bahwa yang harus menjadi akumulasi dari segala sesuatu yang
ditemukan para siswa dari topik mereka harus memuat bahan-bahan yang
menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya, serta mencakup pertimbangan terbaik tentang bahan-bahan mana yang
paling penting. Oleh karena itu, portofolio bukanlah kumpulan bahan yang tidak
memperlihatkan signifikasi sama sekali. Yang demikian bukanlah portofolio,
tetapi hanya kumpulan bahan-bahan lepas yang tidak tampak validiatasnya.
Portofolio dengan demikian bukan keranjang sampah (garbage collector).Portofolio
menyimpan sejumlah informasi tentang diri siswa secara lengkap dan menyeluruh
termasuk kenerja siswa. Dokumen ini dicatat secara sistematis yang bersifat
relatif, sehingga merupakan metode utama yang profesional dalam melihat
ketrampilan dan prestasi belajarsiswa. Secara substansial portofolio siswa dapat
dilihat sebagai gambaran dari hasil- hasil tulisan, interpretasi, maupun aktifitasnya
di dalam kelas atau di luar kelas. Dalam
pengertian lain, penilaian dengan portofolio dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
(1)
portofolio dalam bacaan (portofolio in
reading) dan
(2)
portofolio dalam tulisan (portofolio in
writing)
Ada
satu hal yang perlu digaris bawahi, bahwa portofolio tidak hanya merupakan satu
alat untuk menyimpan data yang autentik guna penilaian, lebih dari itu
portofolio merupakan suatu metode pendekatan model penilaian dan pengajaran.Portofolio
bukan merupakan sesuatu yang baru atau konsep yang tidak berarti, karena
menggunakan portofolio sangat ditentukan oleh siapa yang melakukannya dan apa harapan
atau tujuannya. Sejumlah bukti fisik tentang kemajuan belajar siswa terdapat didalamnya,
sehingga portofolio bagi guru merupakan investasi berharga tentang kinerja
siswa dalam semua peristiwa yang pernah terjadi dan dialami oleh siswa. Koleksi
ini menunjukkan cakupan partisipasi mereka dalam menyeleksi bahan kajian
belajar, penentuan kriteria bahan yang bermanfaat dan buktibukti dari refleksi
mereka sendiri. Pengertian portofolio berarti mengandung proses mengoleksi,
menyeleksi, dan merefleksi.
Johston
dalam Johar Permana. Kumpulan bukti-bukti tersebut dapat dikatakan portofolio
bila sudah dirancang secara berencana dan disengaja melalui pengalaman langsung
siswanya. Dengan kata lain, bahwa portofolio dapat dikatakan sebagai prosedur
penilaian hasil belajar melalui pengalaman, yang dikenal dengan istilah hasil
belajar melalui pengalaman atau “HBMP” (assesssment of experiential learning).
Maka portofolio identik dengan berita acara tentang kemajuan belajar siswa.
2.3 Prinsip Asesmen Portofolio
Berbeda
dengan penilaian lainnya, keterlibatan peserta didik dalam penilaian portofolio
merupakan sesuatu yang harus dikerjakan. Ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio,
diantaranya adalah:
(a)
Saling percaya,
(b)
Kerahasiaan
bersama,
(c)
Milik bersama,
(d)
Kepuasan dan kesesuaian,
(e)
Penciptaan budaya
mengajar,
(f)
Refleksi bersama,
(g)
Proses dan hasil.
2.4 Karakteristik Asesmen Portofolio
Menurut
Mac Isaac dan Jacson, terdapat lima karakteristik asesmen portofoliuo, yaitu:
struktur, dokumentasi, pencatatan, kolaborasi, dan catatan reflektif. Struktur
membantu siswa dalam menentukan jenis fakta-fakta yang dilibatkan. Dokumentasi
hasil belajar adalah untuk menggambarkan evolusi dari belajar. Pencatatan
secara selektif hasil ulangan dan prestasi selama pengujian. Kolaborasi dengan
orang lain, merupakan proses latihan dan kerjasama. Catatan reflektif adanya
catatan setiap bagian fakta disertai dengan suatu penjelasan.
v Menurut
pendapat Faichmey, Eddy M. Hidayat dan Maryani, karakteristik portofolio
adalah:
(1)
Menggambarkan perkembangan kemajuan anak
dalam satu bidang secara lebih komprehensif,
(2)
Memberi kesempatan bagi anak untuk
memilih dan melakukan “self evaluation”,
(3)
Sebagai bukti autentik yang
menggambarkan kemampu an belajar anak,
(4)
Meningkatkan refleksi diri dan penilaian
diri siswa,
(5)
Sebagai alat dalam proses belajar
mengajar yang menjebatani dan memudahkan dialog antara guru dan siswa.
v Asmawi
Zainul dan Agus Mulyana, berpendapat, karakteristik asesmen portofolio, adalah
(1)
Asesmen yang menuntut ditunjukkan hasil
kerja sama antara guru dan siswa,
(2)
Asesmen portofolio tidak sekedar
kumpulan hasil karya siswa tetapi yang terpenting adalah adanya proses seleksi
yang didasarkan kriteria,
(3)
Asesmen portofolio mengumpulkan hasil
karya siswa dari waktu ke waktu. Koleksi karya tersebut digunakan oleh siswa
untuk melakukan refleksi sehingga dalam prosesnya asesmen portofolio merupakan
suatu asesmen diri yang memungkinkan siswa dapat mengenal kekuatan dan
kelemahan sendiri. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat digunakan sebagai tujuan
proses pembelajaran berikutnya,
(4)
Kriteria penilaian hasil karya harus
jelas baik bagi guru siswa, dan diterapkan secara konnsisten.
2.5 Hakikat Asesmen Portofolio
Asesmen
portofolio adalah suatu prosedur pengumpulan informasi mengenai perkembangan
dan kemampuan siswa melalui portofolionya, dimana pengumpulan informasi
tersebut dilakukan secara formal dengan menggunakan kriteria tertentu, untuk
tujuan pengambilan keputusan terhadap status siswa.
Dalam
suatu portofolio terdapat paling sedikit tujuh elemen pokok, yaitu
(1)
Adanya tujuan yang jelas, dan dapat
mencakup lebih dari satu ranah,
(2)
Kualitas hasil (outcome),
(3)
Bukti-bukti otentik yang mencerminkan
dunia nyata dan bersifat multi sumber,
(4)
Kerjasama siswa dengan siswa, dan siswa
dengan guru,
(5)
Penilaian yang integratif dan dinamis
karena mencakup multidimensi,
(6)
Adanya kepemilikan (ownership) melalui
refleksi diri dan evaluasi diri,
(7)
Perpaduan asesmen dengan pembelajaran.
Salah
satu alasan asesmen portofolio digunakan dalam dunia pendidikan dewasa ini
adalah karena adanya ketidak puasan terhadap penggunaan tes-tes baku yang
dianggap tidak mampu menampilkan kemampuan siswa secara menyeluruh. Dalam
konteks ini, yang dimaksud dengan tes baku adalah tes-tes yang secara
tradisional digunakan untuk mengukur perkembangan belajar. Tes-tes tersebut
kebanyakan berbentuk tes objektif dimana hanya ada satu pilihan jawaban yang
benar. Tes-tes tersebut dikembangkan dalam format pilihan ganda, satu butir tes
disediakan tiga hingga lima kemungkinan jawaban. Sebelum digunakan, tes-tes
tersebut distandarisasi terlebih dahulu. Dalam perkembangan berikutnya, tes-tes
di kelas pun, yang sifatnya formatif, juga menggunakan bentuk-bentuk tes baku
tersebut.
2.6
Ciri-ciri
dari Asesmen Portofolio dan Tes Baku
De
Fina, merangkum ciri-ciri dari asesmen portofolio dan tes baku sebagai berikut.
No
|
ASESMEN PORTOFOLIO
|
TES BAKU
|
1
|
Terjadi pada situasi alamiah
|
Situasi ujian, tidak alamiah
|
2
|
Memberi kesempatan siswa menunjukkan kelebihan maupun
kelemahannya
|
Menunjukkan kelemahan siswa dalam suatu hal tertentu
|
3
|
Informasinya bersifat langsung, pada saat itu (hands-on)
|
Tidak memberikan informasi diagnostik
|
4
|
Asesmen dapat dilakukan bersama-sama antara guru, orangtua,
dan bahkan siswa
|
Menunjukkan ranking
|
5
|
Bersifat terus-menerus (ongoing), sehingga memberikan
kesempatan beragam untuk dilakukan asesmen
|
Kesempatan hanya sekali untuk mengases kemampuan dalam suatu
hal tertentu
|
6
|
Mengases hal-hal secara realistis dan bermakna
|
Mengases hal-hal secara artificial, tidak sesuai dengan
keseharian yang ada
|
7
|
Memberi kesempatan siswa melakukan refleksi terhadap karya
dan pengetahuannya
|
Mengharapkan hanya satu respons yang benar
|
8
|
Memberi kesempatan refleksi bagi orang lain yang
berkepentingan, mengenai pengetahuan siswa dan karya-karyanya
|
Memberikan data-data numeric yang kadangkala menakutkan dan
secara esensial tidak bermakna
|
9
|
Mendorong temu wicara (conference) antara guru dan siswa
|
Mengharuskan pertemuan antara guru dengan administrator
|
10
|
Menempatkan siswa sebagai pusat proses pendidikan karena
gambaran keadaannya berguna untuk perbaikan kurikulum dan pembelajaran
|
Mendukung kurikulum sebagai pusat proses pendidikan
|
Dari
perbandingan di atas dapat dilihat bahwa asesmen portofolio menunjukkan
beberapa kelebihan yang tidak diperoleh dari tes objektif, yaitu seperti adanya
penilaian yang berkelanjutan, menghargai siswa sebagai individu dengan keunikan
masing-masing, dan adanya pengembangan metakognisi melalui refleksi dan
evaluasi diri.
Kemp
dan Toperoff, mengatakan dengan kelebihan-kelebihan ini portofolio dapat memacu
keterlibatan (involvement) dalam belajar, meningkatkan motivasi, dan prestasi.
Asesmen
portofolio mengandung tiga elemen penting yaitu:
1.
Sampel Karya Siswa
Sampel
karya siswa menunjukkan perkembangan belajarnya dari waktu ke waktu. Sampel
tersebut dapat berupa tulisan/karangan, audio atau video, laporan, problem
matematika, maupun eksperimen. Isi dari sampel tersebut disusun secara
sistematis tergantung pada tujuan pembelajaran, preferensi guru, maupun
preferensi siswa. Asesmen portoflolio menilai proses maupun hasil. Oleh karena
itu proses dan hasil sama pentingnya. Meskipun asesmen ini bersifat
berkelanjutan, yang berarti proses mendapatkan porsi penilaian yang besar
(bandingkan dengan asesmen konvensisonal yang hanya menilai hasil belajar)
tetapi kualitas hasil sangat penting. Dan memang, penilaian proses yang
dilakukan tersebut sesungguhnya memberi kesempatan. .
Wyaatt
III dan Looper, mengatakan ada tiga jenis portofolio berdasarkan teknik
penyusunannya yaitu portofolio karya terbaik, portofolio perkembangan, dan
portofolio berdasarkan topik.
Portofolio
karya terbaik adalah portofolio mengenai karya-karya terbaik yang dihasilkan
oleh siswa. Mengingat portofolio bersifat kolaboratif sekaligus individual,
pemilihan karya terbaik dilakukan siswa bersama dengan temannya (peer
evaluation) maupun guru (dalam student-teacher conferences). Dalam konferensi
dengan siswa, guru biasanya menanyakan kenapa dia memilih karya tersebut sebagi
karya terbaiknya. Refleksi ini dapat pula dilakukan secara tertulis
.
2.
Evaluasi Diri dalam Asesmen Portofolio
Evaluasi
diri merupakan analisis terhadap sikap dan proses belajar siswa, dimana
informasi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan dan proses
belajar yang berkelanjutan. Dalam asesmen portofolio, evaluasi diri merupakan
komponen yang sangat penting.
O’Malley
dan Valdez Pierce, mengatakan bahwa ‘self-assessment is the key to portfolio’.
Hal ini disebabkan karena melalui evaluasi diri siswa dapat membangun
pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya apakah rute yang
ditempuhnya telah sesuai. Melalui evaluasi diri siswa dapat melihat kelebihan
maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan
(improvement goal). Dengan demikian siswa lebih bertanggung jawab terhadap
proses belajarnya dan pencapaian tujuan belajarnya.Refleksi dan evaluasi diri
merupakan cara untuk menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership) siswa terhadap proses
dan hasil belajarnya. Siswa akan mengerti bahwa apa yang dilakukannya dan
dihasilkannya melalui proses belajar tersebut memang merupakan hal yang berguna
bagi diri dan kehidupannya.
Rolheiser
dan Ross (2005) mengajukan suatu model teoretik untuk menunjukkan kontribusi
evaluasi diri dalam proses belajar.
Model
evaluasi diri mereka menekankan bahwa, ketika mengevaluasi sendiri
performansinya, kegiatan ini mendorong siswa untuk menetapkan tujuan yang lebih
tinggi (goals). Untuk itu, siswa harus melakukan usaha yang lebih keras
(effort). Kombinasi dari goals dan effort ini menentukan prestasi
(achievement); selanjutnya prestasi ini berakibat pada penilaian terhadap diri
(self-judgment) melalui kontemplasi seperti pertanyaan, ‘Apakah tujuanku telah
tercapai’? Akibatnya timbul reaksi (self-reaction) seperti ‘Apa yang aku rasakan
dari prestasi ini?’
Goals,
effort, achievement, self-judgment, dan self-reaction dapat terpadu untuk
membentuk kepercayaan diri (self-confidence) yang positif. Kedua penulis
menekankan bahwa sesungguhnya, evaluasi diri adalah kombinasi dari komponen self-judgment
dan self-reaction dalam model di atas.
Evaluasi
diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat berperan dalam proses belajar.
Oleh karena itu, agar evaluasi dapat berjalan dengan efektif, Rolheiser dan
Ross menyarankan agar siswa dilatih untuk melakukannya.
Kedua
peneliti mengajukan empat langkah dalam berlatih melakukan evaluasi diri,
yaitu:
(1)
Libatkan semua siswa dalam menentukan
kriteria penilaian,
(2)
Pastikan semua siswa tahu bagaimana
caranya menggunakan kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya sendiri,
(3)
Berikan umpan balik pada mereka berdasarkan
hasil evaluasi dirinya, dan
(4)
Arahkan mereka untuk mengembangkan
sendiri tujuan dan rencana kerjanya.
Untuk
langkah pertama, yaitu menentukan kriteria penilaian. Siswa diajak untuk
menetapkan kriteria penilaian. Curah pendapat (brainstorming) sangat tepat
dilakukan. Guru sebaiknya menyiapkan terlebih dahulu rambu-rambu criteria
penilaian tersebut agar diskusi bias berjalan lancer dan terarah. Kriteria ini
dilengkapi dengan bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain, kriteria
penilaian adalah produknya, sedangkan proses mencapai kriteria tersebut
dipantau dengan menggunakan ceklis evaluasi diri. Cara mengembangkan kriteria
penilaian sama dengan mengembangkan rubrik penilaian dalam asesmen kinerja.
Ceklis evaluasi diri dikembangkan berdasarkan hakikat kegiatan/tugas yang
dilakukan siswa tersebut dan bagaimana cara mencapainya. Langkah-langkah
selanjutnya sudah jelas, dan guru sudah terbiasa melakukannya.
3.
Kriteria Penilaian yang Jelas dan
Terbuka
Bila
pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria penilaian menjadi ‘rahasia’ guru
atau pun tester, dalam asesmen portofolio justru harus disosialisasikan kepada
siswa secara jelas. Kriteria tersebut dalam hal ini mencakup prosedur dan
standar penilaian. Para ahli menganjurkan bahwa sistem dan standar asesmen
tersebut ditetapkan bersama-sama dengan siswa, atau paling tidak diumumkan
secara jelas. Adanya kriteria penilaian terkait dengan tujuan pembelajaran.
Dalam asesmen portofolio, yang mungkin ada adalah tujuan kelas dan individual.
Karena itu, Salvia dan Ysseldyke mengatakan bahwa harus jelas tujuan dan ranah
belajar yang hendak dicapai. McLaughin dan Voght (1996) mengatakan dengan
asesmen portofolio dimungkinkan menetapkan lebih dari satu ranah secara
bersama-sama dan multidimensi. yaitu asesmen pada proses maupun konstruk.
Proses melibatkan siswa dan guru yang bekerja secara kolaboratif dalam
membangun portofolio. Konstruk adalah folder, binder , atau pun kotak dimana
bahan-bahan asesmen dikumpulkan.
Seperti
telah dikemukakan di atas, asesmen portofolio bersifat komprehensif dimana
berbagai karya siswa yang mencerminkan kinerja belajarnya dapat ditelusuri
disana. Berbagai strategi asesmen dapat masuk kedalam porofolio siswa, seperti
asesmen kinerja, esai, projek, maupun hasil tes objektif (bila masih dilakukan).
Dengan kata lain, asesmen portofolio dapat merupakan kumpulan (koleksi) kinerja
siswa dari berbagai cara pengumpulan data tentang prestasi belajar siswa.
Namun, cara-cara asesmen tersebut dapat pula dilakukan secara sendiri-sendiri
sesuai dengan kebutuhan.
2.7 Model Asesmen Portofolio
Berikut
ini adalah modifikasi dari model asesmen portofolio oleh Moya dan O’Malley,
Model tersebut (Portfolio Assessment Model) disesuaikan dengan tiga komponen
pembelajaran, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, dan Analisis dan Pelaporan.
1 Perencanaan
(1)
Menentukan tujuan dan fokus (standar
kompetensi, kompetensi dasar, kriteria keberhasilan)
(2)
Merencanakan isi portofolio, yang
meliputi pemilihan prosedur asesmen, menentukan isi/topik, dan menetapkan
frekuensi dan waktu dilakukannya asesmen.
(3)
Mendesain cara menganalisis portofolio,
yaitu dengan menetapkan standar atau kriteria penilaian, menetapkan cara
memadukan hasil penilaian dari berbagai sumber, dan menetapkan waktu analisis.
(4)
Merencanakan penggunaan portofolio dalam
pembelajaran, yaitu berupa pemberian umpan balik.
(5)
Menentukan prosedur pengujian keakuratan
informasi, yaitu menetapkan cara mengetahui reliabilitas informasi dan
validitas penilaian.
2 Implementasi model (terpadu dengan
pembelajaran)
(1)
Mengumumkan tujuan dan fokus pembelajaran
kepada siswa.
(2)
Menyepakati prosedur asesmen yang
digunakan serta kriteria penilaiannya.
(3)
Mendiskusikan cara-cara yang perlu
dilakukan untuk mencapai hasil maksimal.
(4)
Melaksanakan asesmen portofolio (folder,
evaluasi diri)
(5)
Memberikan umpan balik terhadap karya
dan evaluasi diri
3 Analisis dan pelaporan
(1)
Mengumpulkan folder
(2)
Menganalisis berbagai sumber dan bentuk
informasi
(3)
Memadukan berbagai informasi yang ada
(4)
Menerapkan kriteria penilaian yang telah
disepakati
(5)
Melaporkan hasil asesmen
2.8 Fungsi Asesmen Portofolio
Portofolio
tidak hanya merupakan tempat penyimpanan hasil pekerjaan peserta didik, tetapi
merupakan sumber informasi untuk guru dan peserta didik. Portofolio berfungsi
untuk mengetahui perkembangan pengetahuan peserta didik dan kemampuan dalam
mata pelajaran tertentu, serta pertumbuhan kemampuan peserta didik. Hal ini nampak pada ciri-ciri portofolio
yaitu:
(1)
Disusun oleh siswa, artinya semua berkas
hasil kerja / karya siswa didokumentasikan siswa itu sendiri,
(2)
Portofolio memberikan secara rinci latar
pengalaman hasil belajar yang jelas sehingga tidak diperlukan lagi informasi tambahan,
(3)
Portofolio disusun terdiri dari:
(a)
Biodata,
(b)
Paparan umum mengenai persepsi siswa
tentang tujuan belajar yang ingin dicapainya, serta upaya-upaya yang telah dan
akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut,
(c)
Rincian kronologi proses pengalaman
belajar atau kinerja yang telah dilaluinya,
(d)
Rincian pengalaman belajar (kinerja)
yang secara eksplisit dikaitkan dengan butir-butir HPMB yang telah diperoleh,
baik yang bersifat konseptual maupun terapan,
(e)
Lampiran bukti-bukti yang relevan.
Dopham,
Ross dan Faichney, mengemukakan lebih rinci tentang ciri-ciri portofolio yaitu:
(1)
Ada keterlibatan langsung hasil kerja/karya
siswa secara nyata,
(2)
Mengumpulkan beberapa hasil kerja/karya
yang terbaik,
(3)
Mengumpulkan dan menyimpan hasil kerja siswa,
(4)
Memilih kriteria untuk menilai portofolio
hasil kerja siswa,
(5)
Mengharuskan siswa untuk menilai sirinya
sendiri secara terus menerus berdasarkan hasil portofolionya,
(6)
Menentukan waktu untuk membahas
portofolio,
(7)
Melibatkan orang tua dalam proses
penilaian portofolio.
Dari
uraian tersebut Nampak tiga hal yang menjadi ciri utama portofolio yaitu:
(1)
Adanya nilai kejujuran yang dimiliki
oleh siswa dalam menentukan sesuatu yang terbaik,
(2)
Terdapat alokasi waktu yang jelas dan
manusiawi,
(3)
Menjadikan penghubung yang sangat berarti
bagi guru, siswa dan orang tua/masyarakat.
Dalam
penilaian portofolio, mengharuskan peserta didik untuk mengkoleksi dan
menunjukkan hasil kerja mereka. Karena itu portofolio dapat dijadikan sebagai
salah satu alat penilaian autentik (authentic assessment). Asesmen autentik
sebagai salah satu hasil dari pendekatan dari asesmen dapat dijadikan
alternatif solusi dalam menilai perkembangan belajar siswa secara lebih komprehensif
dan objektif mengingat asesmen autentik yang lebih menekankan pada pengembangan
alat asesmen yang lebih secara akurat mencerminkan dan mengukur apa yang kita
nilai dalam pendidikan.
2.9 Tujuan dan Manfaat Asesmen Portofolio
Tujuan
digunakannya portofolio dalam proses penilaian adalah untuk mengumpulkan
informasi secara apa adanya tentang hasil belajar siswa, pengetahuan, dan
sikapnya secara nyata.
Dikemukakan
pula oleh Ross, bahwa portofolio bertujuan mendokumentasikan berkas-berkas
bukti kemajuan belajar secara lengkap.
Nitko,
mengungkapkan bahwa portofolio bertujuan untuk mengkoleksi bukti perkembangan
dari kemajuan belajar siswa sebagai bahan untuk memberikan konstribusi terhadap
penilaian yang sesungguhnya.
Pendapat
dan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa portofolio digunakan dengan
tujuan untuk mendokumentasikan berkas-berkas pada proses dan hasil belajar
siswa atau merupakan berkas-berkas hasil kerja/hasil karya siswa secara nyata
dan autentik dapat dijadikan sebagai dasar penilaian perkembangan dan kemajuan
belajar siswa.
Manfaat
yang dapat dirasakan sebagai dampak penggunaan portofolio dalam penilaian
adalah:
(1)
Penilaian portofolio dapat memberikan
gambaran yang utuh tentang perkembangan kemampuan siswa. Artinya melalui penilaian
portofolio, informasi yang didapatkan bukan hanya sekedar pengetahuan saja,
akan tetapi juga sikap dan ketrampilan,
(2)
Penilaian portofolio merupakan penilaian
autentik, artinya penilaian portofolio memberikan gambaran nyata tentang
kemampuan siswa yang sesungguhnya.
Mengapa
demikian? Karena portofolio adalah dokumen asli yang berisi tentang ekumpulan
karya siswa. Melalui dokumen itulah tergambarkan kemampuan siswa yang
sesungguhnya,
(3)
Penilaian portofolio merupakan teknik
penilaian yang dapat mendorong siswa pada pencapaian hasil yang lebih baik dan
lebih sempurna, siswa dapat belajar optimal, merasa tertekan. Hal ini dimungkinkan
disebabkan penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan secara terus menerus.
Setiap hasil kerja siswa dimonitor dan diberi komentar,
(4)
Penilaian portofolio dapat menumbuhkan motivasi
belajar siswa, oleh sebab itu respon siswa dalam proses pembelajaran diberikan
reinforcement, dengan demikian siswa akan segera mengetahui kekurangan dan kelebihan
dari proses pembelajaran yang dilakukannya,
(5)
Penilaian portofolio dapat mendorong
para orang tua siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran siswa. Hal
ini disebabkan setiap perkembangan siswa yang digambarkan melalui hasil kerja
siswa, orang tua dimintai komentarnya.
Maka
nampak jelas, bahwa asesmen portofolio adalah salah satu teknik menilai proses
belajar yang mempertimbangkan variasi aspek kemampuan individual berdasarkan
kumpulan bukti karya, usaha dan kemampuan siswa selama proses belajar berlangsung,
sehingga diperoleh penilaian proses belajar sebagai hasil akhirnya, bukan
sekedar penilaian hasil belajar yang cenderung menekankan kemampuan kognitif
atau afektif semata.
2.10 Keunggulan dan Kelemahan Asesmen Portofolio
Belajar
merupakan proses yang panjang, untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam
tentang sesuatu, siswa memerlukan banyak pengalaman (banyak membaca, banyak
merenungkan, banyak komunikasi, memecahkan banyak masalah, dan sebagainya).
Pembentukan gambar tentang kompetensi siswa juga memerlukan berbagai instrumen
penilaian. Portofolio yang berisi koleksi produk siswa, dan laporan proses yang
dilalui oleh siswa, yang meliputi rentang waktu yang panjang, dapat memberikan
gambaran yang relative lengkap tentang perkembangan dan kompetensi siswa yang
bersangkutan.
1
Keunggulan
Asesmen Portofolio Adalah:
v Wina
Sanjaya, mengemukakan keunggulan penggunaan portofolio dalam penilaian, adalah
(1)
Penilaian portofolio dapat menilai kemampuan
siswa secara menyeluruh,
(2)
Penilaian porotfolio dapat menjamin akuntabilitas,
(3)
Penilaian portofolio merupakan penilaian
yang bersifat individual,
(4)
Penilaian portofolio merupakan penilaian
yang terbuka,
(5)
Penilaian portofolio bersifat self evaluation.
v Gronlund,
berpendapat, portofolio memiliki beberapa keuntungan, antara lain sebagai
berikut:
(1)
Kemajuan belajar siswa dapat terlihat
dengan jelas,
(2)
Penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa
memberikan pengaruh positif dalam belajar,
(3)
Membandingkan pekerjaan sekarang dengan
yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan dengan
milik orang lain,
(4)
Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan
mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik,
(5)
Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai
dengan perbedaan individu (misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level
mereka tetapi sama-sama menuju tujuan umum),
(6)
Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas
tentang kemajuan belajar siswa bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan lainnya.
2 Kelemahan dari Asesmen portofolio adalah:
(1)
Penggunaan portofolio tergantung pada
kemampuan siswa dalam menyampaikan uraian secara tertulis. Selama siswa belum
lancar berbahasa tulis Indonesia, penggunaan portofolio akan merupakan beban
tambahan yang memberatkan sebagian besar siswa,
(2)
Penggunaan portofolio untuk penilaian memerlukan
banyak waktu dari guru untuk melakukan penskoran, alagi kalau kelasnya besar.
Kelemahan
lain penggunaan asesmen portofolio adalah:
(1)
Memerlu kan waktu dan kerja keras bagi
guru dibandingkan penilaian lain,
(2)
Penilaiaan portofolio memerlukan
perubahan cara pandang baik dari guru itu sendiri, dari masyarakat termasuk
perubahan cara pandang orang tua,
(3)
Penilaian portofolio memerlukan
perubahan gaya belajar,
(4)
Penialaian portofolio memerlukan perubahan
sistem pembelajaran.
Perbedaan
tes dan Asesmen Portofolio Sebagian orang mempertanyakan mengapa harus
digunakan penilaian portofolio. Apakah tidak cukup hanya dengan menggunakan
tes?. Ada beberapa perbedaan esensial antara portofolio dengan tes. Penilaian
portofolio memiliki kelebihan dalam beberapa hal, terutama lebih objektif dilihat
dari hasil kerja peserta didik yang sesungguhnya, lebih terbuka dimana peserta
didik ikut serta menilai pekerjaan yang dilakukannya, dan secara langsung
berhubungan dengan proses kegiatan pembelajaran.
Perbedaan
antara penilaian portofolio dan tes sebagai alat evaluasi, secara ringkas dapat
diuraikan sebagai berikut:
Tes
|
Penilaian Portofolio
|
a.
Menilai peserta didik berdasarkan sejumlah
tugas yang terbatas
|
a.
Menilai peserta didik berdasarkan
seluruh tugas dan hasil kerja yang berkaitan dengan kinerja yang dinilai.
|
b.
Menilai hanya guru, berdasarkan masukan
yang terbatas.
|
b.
Peserta didik turut serta dalam
menilai kemajuan yang dicapai dalam penyelesaian berbagai tugas, dan perkembangan
yang berlangsung selama proses pembelajaran.
|
c.
Menilai semua peserta didik dengan
menggunakan satu kreteria.
|
c.
Menilai setiap peserta didik berdasarkan
pencapaian masingmasing, dengan mempertimbangkan juga factor perbedaan individual.
|
d.
Proses penilaian tidak
kolaboratif
|
d.
Mewujudkan proses penilaian yang (tidak ada kerja sama, terutama antara guru,
peserta didik, dan orang tua).
|
e.
Penilaian diri oleh peserta didk
bukan merupakan suatu tujuan.
|
e.
Peserta ndidik menilai dirinya sendiri
menjadi suatu tujuan.
|
f.
Yang mendapat perhatian dalam penilaian
hanya pencapaian.
|
f.
Yang mendapat perhatian dalam penilaian
meliputi kemajuan, usaha dan pencapaian.
|
g.
Terpisah antara kegiatan pembelajaran,
testing dan pengajaran. kolaboratif.
|
g.
Terkait erat kegiatan penilaian, pengajaran,
dan pembelajaran
|
Menurut
Asmawi Zainul dan Agus Mulyana, perbedaan antara asesmen portofolio dengan tes
baku dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Perbedaan Asesmen Portofolio dan
Tes Baku
Portofolio
|
Tes
|
v
Menyajikan kembali serangkaian kemampuan
siswa yang terdapat dalam kemampuan membaca dan menulis
|
v
Menilai siswa dalam seperangkat tugas-tugas
membaca dan menulis yang kemungkinan kedua tugas tersebut tidak saling berhubungan.
|
v
Mengikat siswa dalam penilaian kemajuan
atau prestasi dan kestabilan untuk mencapai tujuan pembelajaran
|
v
Skor yang di dapat oleh siswa secara
mekanik diperoleh oleh guru yang memiliki input sedikit.
|
v
Mengukur masingmasing prestasi
siswa yang dapat membedakan kemampuan individu dari seluruh siswa
|
v
Mengukur seluruh siswa dengan
dimensi yang sama.
|
v
Menyajikan kembali suatu
pendekatan kolaboratif dalam asesmen
|
v
Proses penilaian tidak
kolaboratif.
|
v
Memiliki suatu tujuan mengukur siswa
oleh dirinya sendiri
|
v
Penilaian diri sendiri oleh siswa
tidak menjadi suatu tujuan.
|
v
Menempatkan adanya peningkatan ,
usaha dan hasil.
|
v
Hanya menempatkan hasil saja.
|
v
Asesmen, pengajaran dan pembelajaran
saling berhubungan
|
v
Pembelajaran, tes, dan pengajaran
ada pemisahan.
|
0 komentar:
Posting Komentar