Penilaian
terhadap performance dapat diartikan penilaian formatif jangka panjang
(Joni, 1981). Penilaian ini dilakukan
dengan mengkonsepsikan kriteria semakin jauh menjangkau ke depan dan meletakkan
dasar bagi pembinaan serta penyempurnaan sistem secara terus menerus. Penilaian
terhadap performance disusun dalam bentuk indikator-indikator performance.
Indikator
performance dalam pengukuran performance menurut Perrin (1988) ada delapan
titik kecacatan, diantaranya: 1. variasi
interpretasi kesamaan istilah dan konsep. 2. pergeseran tujuan. 3. Penggunaan
pengukuran yang tidak bermakna dan tidak relevan. 4. Kekacauan antara
penghematan biaya dan pergeseran biaya. 5. Ketidakjelasan perbedaan kekritisan
subgroup oleh sejumlah indikator yang menyesatkan. 6. Pembatasan pendekatan
berbasis objektiv dengan evaluasi. 7. Ketidakgunaan indikator performance untuk
pembuatan keputusan dan alokasi sumberdaya. 8. Ketidakkonsistenannya antara
fokus yang menyempit dalam pengukuran dengan manajemen publik yang lebih besar.
Bernsteins (1999) dalam artikelnya mengungkapkan
apa yang dikatakan oleh Perrin bukan dari kecacatan konsep dasar pengukuran
performance, tetapi sistem implementasi yang lemah sehingga terlalu banyak
terfokus pada proses dan pengumpulan berlawanan dengan ketepatan penggunanan
dari pengukuran. Winston (1999) berdasarkan pengalamannya menyimpulkan bahwa
sistem pengukuran performance membutuhkan dinilai silang antara program dan
perencanaan untuk menentukan faktor-faktor: fasilitas hasil capaian yang
diharapkan, outcome yang tidak diharapkan, tindakan sebagai batas efektivitas
implementasi. Feller (2002) menegaskan tentang penilaian performance secara
implisit sebagai: hasil karakteristik organisasi yang performancenya dinilai
dan kondisi politis dan organisasi dibawah sistem pengukuran performance yang
di adop dan diimplementasikan.
Aspek politis dan organisasi dalam pengukuran
performance berhubungan dengan indikator performance yang disusun serta
ditetapkan. Dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan indikator performance dalam
organisasi dan politis sangat besar, yang menggambarkan kemajuan organisasi
tingkat finansial, aktivitas yang akan dikembangkan dll. Secara pertimbangan
politis, sistem pengukuran performance berdampak pada distribusi dan otoritas
organisasi seperti halnya pertimbangan dalam legitimasi pengambilan kebijakan.
Dalam level kompetensi organisasi juga mempengaruhi secara luas pengukuran
performnace yang digunakan. Penggunaan indikator performance tidaklah
sederhana, Ketidak mampuan melepaskan diri dengan isu yang ada berpengaruh pada
pengukuran performance dan bagaimana mengukur performance itu.
Feller (2002) memberikan arahan dalam pengukuran
performance:
1.
Kebimbang dalam pengungkapan dengan kata tanya apa,
kapan, bagaimana, dimana dan mengapa berdampak pada penemuan ilmiah merupakan
pertanyaan dasar dalam sejarah sain dan teknologi.
2.
Apapun kepercayaan dan kepastian dalam melampirkan
pengukuran output ilmiah, transformasi output ke dalam outcome cukup komplek.
3.
Barangkali pembatasan yang paling banyak dalam
pengukuran performance sebagai penerapan kebijakan sains yang mungkin sesuai
dengan dimensi monitor dan performance.
4.
Sedikit pertimbangan memiliki dampak pada dukungan
pemerintah tehadap sains dan teknologi.
Sebelum menentukan teknik dan alat
penilaian, penulis soal perlu menetapkan terlebih dahulu tujuan penilaian dan
kompetensi dasar yang hendak diukur. Adapun proses penentuannya secara lengkap dapat dilihat
pada bagan berikut ini.

Langkah-langkah penting yang dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat
penting karena setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya
untuk tujuan tes prestasi belajar, diagnostik, atau seleksi. Contoh untuk
tujuan prestasi belajar, lingkup materi/kompetensi yang ditanyakan/diukur
disesuaikan seperti untuk kuis/menanyakan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas
individu/kelompok, ulangan semester, ulangan
kenaikan kelas, laporan kerja praktik/laporan praktikum, ujian praktik.
2. Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi
dasar (KD). Standar kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi
atau yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui
gabungan kompetensi dasar.
3. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes
atau mempergunakan keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi
penting sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang
diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik),
kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata
pelajaran lain), dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK).
Langkah selanjutnya adalah menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah materi
tersebut tepat diujikan secara tertulis/lisan. Bila jawabannya tepat, maka
materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda
atau uraian. Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah tes
perbuatan: kinerja (performance), penugasan (project), hasil
karya (product), atau lainnya.
4. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta
pedoman penskorannya. Dalam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan
kaidah penulisan soal.
Contoh instrumen
performance:
LEMBAR I
CONTOH PENILAIAN
DENGAN NUMERICAL RATING SCALE
UNTUK
MENGAMATI KEMAMPUAN SISWA DALAM MELAKUKAN PRAKTIKUM
KALOR
JENIS BENDA PADAT
Nama
Siswa :
Kelas/Sem :
Mata
Pelajaran : Fisika
Berilah
tanda (√) centang pada tabel skor untuk setiap tindakan dengan keterangan
sebagai berikut:
5
bila Anda anggap cara melakukan aspek keterampilan sangat tepat, dan skor 1
bila sangat tidak tepat
No
|
Aspek Keterampilan
|
Skor
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
A.
Persiapan
|
||||||
1
|
Membaca
panduan percobaan
|
|
|
|
|
|
2
|
Mengecek
kesesuaian alat dan bahan yang disiapkan di meja dengan yang ada di buku
panduan
|
|
|
|
|
|
3
|
Mengecek
penggunaan neraca
|
|
|
|
|
|
4
|
Mengecek
jenis logam untuk percobaan
|
|
|
|
|
|
5
|
Mengecek
pemanas Bunsen yang akan digunakan
|
|
|
|
|
|
6
|
Mengecek thermometer dan cara memegangnya
|
|
|
|
|
|
7
|
Mengecek
gelas kimia
|
|
|
|
|
|
8
|
Menyiapkan kertas untuk mencatat percobaan
|
|
|
|
|
|
9
|
Mengecek
bejana kalorimeter dan pengaduknya
|
|
|
|
|
|
B.
Kegiatan Pendahuluan
|
||||||
10
|
Cara
mengukur massa
logam dengan neraca
|
|
|
|
|
|
11
|
Mencatat
massa logam
dalam tabel dan menulis satuannya
|
|
|
|
|
|
12
|
Cara
mengukur massa
gelas kimia dalam tabel dengan neraca
|
|
|
|
|
|
13
|
Mencatat
massa gelas
kimia dalam tabel dan menuliskan satuannya
|
|
|
|
|
|
14
|
Cara
mengukur massa
air
|
|
|
|
|
|
15
|
Mencatat massa air dalam tabel dan menulis satuannya
|
|
|
|
|
|
16
|
Cara
mengukur massa
bejana calorimeter dan pengaduknya
|
|
|
|
|
|
17
|
Mengukur
massa
thermometer
|
|
|
|
|
|
C.
Kegiatan Percobaan
|
||||||
18
|
Mengukur
suhu air, calorimeter dengan thermometer
|
|
|
|
|
|
19
|
Mencatat
suhu air, calorimeter pada tabel dan menuliskan satuannya
|
|
|
|
|
|
20
|
Memanaskan air dalam gelas kimia
|
|
|
|
|
|
21
|
Cara memanaskan logam dalam gelas kimia
|
|
|
|
|
|
22
|
Cara mengukur suhu logam dalam gelas kimia
|
|
|
|
|
|
23
|
Mencatat suhu logam dalam tabel
|
|
|
|
|
|
24
|
Cara memindahkan logam ke dalam calorimeter
|
|
|
|
|
|
25
|
Setelah
batang logam dimasukkan dalam calorimeter, dilakukan pengadukan agar
perpindahan kalor merata
|
|
|
|
|
|
26
|
Selanjutnya
dilakukan pengukuran suhu air sebagai suhu akhir dan mencatatnya dalam tabel
disertai satuannya
|
|
|
|
|
|
D.
Kegiatan Akhir
|
||||||
27
|
Mengecek
kembali hasil-hasil pengukurannya
|
|
|
|
|
|
28
|
Mengembalikan
posisi neraca pada keadaan setimbang/netral
|
|
|
|
|
|
29
|
Mematikan lampu pemanas Bunsen dengan benar
|
|
|
|
|
|
30
|
Membersihkan
gelas kimia, thermometer, batang logam, dan ditempatkan pada tempatnya
|
|
|
|
|
|
31
|
Menganalisis
data percobaan yang telah diperoleh dan membuat laporan sederhana hasil
percobaan
|
|
|
|
|
|
Total
|
|
|
|
|
|
…………..,………………….20….
Guru
………………………………………
LEMBAR II
CONTOH PENILAIAN
DENGAN KRITERIA RUBRIK
UNTUK
MENGAMATI KEMAMPUAN SISWA DALAM MELAKUKAN PRAKTIKUM
KALOR
JENIS BENDA PADAT
Nama
Siswa :
Kelas/Sem :
Mata
Pelajaran : Fisika
|
No
|
Aspek Keterampilan
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Membaca
panduan percobaan
|
|
|
2
|
Mengecek
kesesuaian alat dan bahan yang disiapkan di meja dengan yang ada di buku
panduan
|
|
|
3
|
Mengecek
penggunaan neraca
|
|
|
4
|
Mengecek
jenis logam untuk percobaan
|
|
|
5
|
Mengecek
pemanas Bunsen yang akan digunakan
|
|
|
6
|
Mengecek thermometer dan cara memegangnya
|
|
|
7
|
Mengecek
gelas kimia
|
|
|
8
|
Menyiapkan kertas untuk mencatat percobaan
|
|
|
9
|
Mengecek
bejana kalorimeter dan pengaduknya
|
|
|
10
|
Cara
mengukur massa
logam dengan neraca
|
|
|
11
|
Mencatat
massa logam
dalam tabel dan menulis satuannya
|
|
|
12
|
Cara
mengukur massa
gelas kimia dalam tabel dengan neraca
|
|
|
13
|
Mencatat
massa gelas
kimia dalam tabel dan menuliskan satuannya
|
|
|
14
|
Cara
mengukur massa
air
|
|
|
15
|
Mencatat massa air dalam tabel dan menulis satuannya
|
|
|
16
|
Cara
mengukur massa
bejana calorimeter dan pengaduknya
|
|
|
17
|
Mengukur
massa
thermometer
|
|
|
18
|
Mengukur
suhu air, calorimeter dengan termometer
|
|
|
19
|
Mencatat
suhu air, calorimeter pada tabel dan menuliskan satuannya
|
|
|
20
|
Memanaskan air dalam gelas kimia
|
|
|
21
|
Cara memanaskan logam dalam gelas kimia
|
|
|
22
|
Cara mengukur suhu logam dalam gelas kimia
|
|
|
23
|
Mencatat suhu logam dalam tabel
|
|
|
24
|
Cara
memindahkan logam ke dalam kalorimeter
|
|
|
25
|
Setelah
batang logam dimasukkan dalam calorimeter, dilakukan pengadukan agar
perpindahan kalor merata
|
|
|
26
|
Selanjutnya
dilakukan pengukuran suhu air sebagai suhu akhir dan mencatatnya dalam tabel
disertai satuannya
|
|
|
27
|
Mengecek
kembali hasil-hasil pengukurannya
|
|
|
28
|
Mengembalikan
posisi neraca pada keadaan setimbang/netral
|
|
|
29
|
Mematikan lampu pemanas Bunsen dengan benar
|
|
|
30
|
Membersihkan
gelas kimia, thermometer, batang logam, dan ditempatkan pada tempatnya
|
|
|
31
|
Menganalisis
data percobaan yang telah diperoleh dan membuat laporan sederhana hasil
percobaan
|
|
|
Total
|
|
|
LEMBAR III
CONTOH
PENILAIAN DENGAN DESCRIPTIVE RATING SCALE
UNTUK
MENDESKRIPSIKAN PARTISIPASI SISWA DALAM
KEGIATAN
DISKUSI KELAS
Nama Siswa :
Topik :
Tanggal :
- Bagaimanakah aktifitas siswa dalam diskusi?

- Bagaimanakah kemampuan siswa mengemukakan pendapat?

- Bagaimanakah urutan pikiran siswa?

- Bagaimanakah kemampuan siswa membantah pendapat orang lain?

- Bagaimanakah kemampuan mendukung pendapat orang lain?

LEMBAR IV
CONTOH
PENILAIAN DENGAN DAFTAR CHECK UNTUK
MENGAMATI
KEGIATAN
MENGERJAKAN LATIHAN SOAL DALAM KELOMPOK
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Topik Diskusi :
Tanggal :
Kelompok :
No
|
Nama Siswa
|
Aktivitas Positif
|
Aktivitas Negatif
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
1
|
AAN
|
√
|
√
|
√
|
|
√
|
|
|
|
|
|
2
|
BEBEN
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
3
|
CICI
|
|
|
√
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
4
|
DUDU
|
|
|
|
|
√
|
√
|
|
|
|
|
5
|
EKO
|
|
|
√
|
√
|
√
|
|
√
|
√
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Berilah tanda (√) centang pada kolom :
Akitivitas
Positif dengan keterangan :
1
=
Mengerjakan soal latihan
2
=
Mengemukakan gagasan untuk memecahkan soal latihan
3
=
Mencari cara menyelesaikan soal dari buku/sumber belajar
4
= ……………………………….
5
= ……………………………….
Aktivitas
Negatif dengan keterangan :
6
=
Pasif/tidak berpartisipasi aktif dalam diskusi
7
=
Mengganggu aktivitas/pekerjaan teman lainnya
8
=
Melakukan aktivitas yang mengganggu teman di luar konteks diskusi
9
= ……………………………….
10
= ……………………………….
No
|
Nama Siswa
|
Skor
Aktivitas Positif
|
Skor
Aktivitas Negatif
|
Selisih Skor
|
1
|
AAN
|
4
|
0
|
4
|
2
|
BEBEN
|
5
|
0
|
5
|
3
|
CICI
|
3
|
0
|
3
|
4
|
DUDU
|
1
|
-1
|
0
|
5
|
EKO
|
3
|
-2
|
1
|
KETERANGAN
:
Banyaknya
aktivitas positif sebaiknya lebih banyak daripada aktivitas negative agar skor
akhir tidak bernilai negatif
0 komentar:
Posting Komentar