UNSUR-UNSUR
PENDIDIKAN
Proses Pendidikan
melibatkan:
1. Subjek
yang dibimbing (peserta didik)
2. Orang
yang membimbing (pendidik)
3. Interaksi
antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4. Ke
arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh
yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara
yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat
dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
1.
Peserta
Didik
Peserta didik berstatus
sebagai subjek didik, karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang
otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Sebagai pribadi yang otonom, ia ingin
mengembangkan diri secara terus menerus untuk memecahlan masalah hidup yang
dijumpai.
Ciri khas peserta
didik:
1. Individu
yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang
unik.
Sejak lahir, manusia
memiliki potensi yang ingin dikembangkan dan diaktualisasikan, karenanya hal
ini butuh bimbingan
2. Individu
yang sedang berkembang.
Perkembangan adalah
perubahan yang terjadi dalam diri peserta didik secara wajar, baik ditujukan
kepada diri sendiri maupun ke arah penyesuaian lingkungan. Dalam hal ini
perkembangan memiliki fase-fase tertentu dan bertingkat-tingkat. Maka pendidikan
dapat mengeatur kondisi dan strategi yang relevan dengan kebutuhan peserta
didik.
3. Individu
yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
Peserta didik
membutuhkan bantuan dan bimbingan, hal
ini menunjukkan bahwa pada diri peserta didik ada 2 hal yang menggejala, yaitu:
-
Keadaannya yang tidak
berdaya menyebabkan ia membutuhkan bantuan.
-
Adanya kemampuan untuk
mengembangkan dirinya menyebabkan ia membutuhkan bimbingnya.
4. Individu
yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
Peserta didik mempunyai
kemampuan untuk berkembang ke arah kedewasaan, pada diri anak ada kecenderungan
untuk memerdekakan diri. Hal ini menimbulkan kewajiban pendidik dan orang tua
untuk memberikan kebebasan dan pada akhirnya mengundurkan diri. Pendidik tidak
boleh memaksakan kehendaknya agar peserta didik memperoleh kesempatan
memerdekakan diri dan bertanggung jawab dengan kepribadiannya.
2.
Pendidik
Pendidik adalah orang
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaranpeserta
didik, dimana peserta didik mengalami pendidikannya dalam 3 lingkungan yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat
Hal penting adalah
kewibawaan.
a. Arti
kewibawaan
Pendidik harus memiliki
kewibawaan dan menghindari penggunaan kekuasaan lahir yaitu kekuasaan yang
semata-mata didasarkan kepada unsure wewenang jabatan. Kewibawaan adalah
pancaran batin yang membuat pihak lain mengakui, menerima, dan menuruti dengan
penuh pengertian atas kekuasaan tersebut.
b.
Timbulnya kewibawaan
Kewibawaan mendidik
hanya dimiliki oleh mereka yang sudah dewasa. Yang dimaksud adalah kedewasaan
rohani yang ditopang kedewasaan jasmani. Kedewasaan jasmani hanya tercapai bila
individu telah mencapai puncak perkembangan jasmani yang optimal. Kedewasaan rohani
tercapai bila individu telah memiliki cita-cita hidup dan pandangan hidup yang
tetap. Orang dewasa adalah orang yang mampu mempertanggungjawabkan segenap
aktivitas yang bertalian dengan statusnya. Orang dewasa mempunyai tugas untuk
mentransformasikan norma-norma atau kewibawaan pada peserta didik. Pendidik
memiliki kewibawaan di mata peserta didik karena peserta didik membutuhkan
sesuatu (perlindungan, bantuan, bimbingan, dan sebagainya) dari pendidik, dan
pendidik bersedia memenuhinya.
c. Cara
memelihara kewibawaan
Terdapat 3 sendi kewibawaan, yaitu:
-
Kepercayaan
Pendidik
harus percaya bahwa dirinya bisa mendidik dan juga percaya peserta didik dapat
dididik.
-
Kasih sayang
Kasih sayang mengandung 2 makna, yaitu
pencerahan diri kepada yang disayangi dan pengendalian terhadap yang disayangi.
Dengan adanya pencerahan diri maka pada pendidik timbul kesediaan berkorban
yang dalam bentuk konkretnya berupa pengabdian dalam kerja.
-
Kemampuan
Kemampuan mendidik dapat dikembangkan
dengan cara pengkajian terhadap ilmu pengetahuan kependidikan, mengambil
manfaat dari pengalaman kerja dan lain-lain
Dalam
pentransformasian kewibawaan perlu diperhatikan:
1. Untuk
dapat mengikuti kewibawaan maka peserta didik harus mengerti tentang
kewibawaan, didapat melalui pergaulan antara pendidik dan peserta didik.
2. Pendidik
harus menyadari bahwa ia hanyalah sekedar penghantar kewibawaan (gezag dragger) dan dirinya bukan
kewibawaan itu sendiri. Maka pendidik secara berangsur-angsur harus melepaskan
diri dari ikatannya dengan peserta didik. Mendidik adalah membimbing untuk
melepaskan.
3.
Interaksi
Edukatif
Interaksi
Edukatif adalah komunikasi timbal balik antarpeserta didik dengan pendidik yang
terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal
ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan memanipulasikan isi,
metode serta alat-alat pendidikan.
4.
Tujuan
Pendidikan
Tujuan
pendidikan adalah gambaran tentang nilai – nilai yang baik, luhur, pantas,
benar, dan indah untuk kehidupan.
Adapun
tujuan pendidikan memiliki 2 fungsi, yaitu :
1. Memberikan
arah kepada segenap kegiatan pendidikan.
2. Sesuatu
yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Tujuan
pendidikan merupakan komponen terpenting dalam seluruh kegiatan pendidikan,
oleh karena itu kegiatan – kegiatan yang tidak relevan dengan tujuan tersebut
dianggap menyimpang sehingga harus dicegah terjadinya.
Dari
hal tersebut terlihat bahwa tujuan pendidikan bersifat normatif, yaitu
mengandung unsur norma yang bersifat memaksa tetapi tidak bertentangan dengan
hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima masyarakat sebagai
nilai hidup yang baik. Salah teoretis
merupakan gejala kekurang pahaman pendidik terhadap tujuan pendidikan yang
mengakibatkan kesalahan dalam melaksanakan pendidikan (Langeveld, 1955)
Tujuan
pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai – nilai yang sifatnya abstrak.
Tujuan demikian umum, ideal, dan kandungannya sangat luas sehingga sangat sulit
untuk dilaksanakan di dalam praktek. Sedangkan pendidikan harus berupa tindakan
yang ditujukan kepada peserta didik dalam kondisi tertentu, tempat tertentu,
dan waktu tertentu, dengan menggunakan alat tertentu.
Pelaksanaannya
hanya mungkin apabila tujuan yang ingin dicapai itu dibuat jelas (eksplisit),
konkret, dan lingkup kandungannya terbatas. Dengan kata lain tujuan umum perlu
dirinci sehingga menjadi tujuan yang lebih khusus dan terbatas agar mudah
direalisasikan di dalam praktek.
Ada
beberapa hal yang menyebabkan mengapa tujuan khusus itu diperlukan antara lain
:
a.
Pengkhususan tujuan
memungkinkan dilaksanakannya tujuan umum melalui proses pendidikan.
b.
Adanya kekhususan dari
peserta didik, yaitu yang berkenaan dengan jenis kelamin, pembawaan dan
minatnya, kemampuan orang tuanya, lingkungan masyarakatnya.
c.
Kepribadian yang
menjadi sasaran untuk dibentuk atau dikembangkan bersifat kompleks sehingga
perlu dirinci dan dikhususkan, aspek apa yang dikembangkan.
d.
Adanya tahap – tahap
perkembangan pendidikan. Jika proses dari satu tahap pendidikan tercapai
disebut satu tujuan sementara telah tercapai. Misalnya: tujuan SD, tujuan SMP,
dan seterusnya.
e.
Adanya kekhususan
masing – masing lembaga penyelenggara pendidikan seperti pendidikan kesehatan,
pertanian, dan lain – lain ataupun jalur pendidikan seperti jalur pendidikan
sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.
f.
Adanya tuntutan persyarataan pekerjaan di lapangan yang harus
dipenuhi oleh peserta didik sebagai pilihannya.
g.
Diperlukannya teknik
tertentu yang menunjang pencapaian tujuan lebih lanjut misalnya membaca dan
menulis dalam waktu yang relatif pendek.
Tujuan
khusus yang berhubungan dengan ini bersifat teknis, yang berfungsi sebagai
tujuan antara. Karena sifatnya teknis (tidak ideologis) maka bisa berlaku dalam
pendidikan yang berbeda ideologinya.
a.
Adanya kondisi
situasional, yaitu peristiwa – peristiwa yang secara kebetulan muncul tanpa
direncanakan. Karena ada sesuatu peristiwa dimana pendidik memandang perlu
untuk bertindak, maka bertindaklah pendidik dengan tujuan/maksud tertentu.
Misalnya ada murid yang berprestasi, guru lalu memberi pujian dengan tujuan
murid terdorong untuk belajar lebih giat (reinforcement).
b.
Kemampuan yang ada pada
pendidik
Di
dalam rentangan antara tujuan umum dengan tujuan yang sangat khusus terdapat
sejumlah tujuan antara. Tujuan antara berfungsi untuk menjembatani pencapaian
tujuan umum dari sejumlah tujuan rincian khusus. Umumnya ada 4 jenjang tujuan
di dalamnya terdapat tujuan antara lain, yaitu tujuan umum, tujuan
institusional, tujuan kurikuler,dan tujuan instruksional
A. Tujuan
Umum
Pendidikan
Nasional Indonesia ialah manusia Pancasila.
B. Tujuan
Institusional
yaitu
tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu untuk mencapainya,
Misalnya tujuan pendidikan tingkat SD berbeda dari tujuan pendidikan tingkat
menengah, dan seterusnya. Tujuan pendidikan pertanian tidak sama dengan tujuan
pendidikan teknik. Jika semua lembaga (institusi) dapat mencapai tujuannya
berarti tujuan nasional tercapai, yaitu terwujudnya manusia Pancasilais yang
memiliki bekal khusus sesuai dengan misi lembaga pendidikan di masa seseorang menggemleng
diri.
C.
Tujuan Kurikuler
yaitu
tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaaran. Misalnya tujuan IPA, IPS atau
Matematika. Setiap lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan institusionalnya
menggunakan kurikulum. Kurikulum mempunyai tujuan yang disebut tujuan
kurikulum.
D. Tujuan
Instruksional
Materi
kurikulum yang berupa bidang studi – bidang studi terdiri dari pokok – pokok
bahasan. Tujuan pokok bahasan dan subpokok disebut tujuan instruksional, yaitu
penguasaan materi pokok bahasan / subpokok bahasan. Tujuan pokok bahasan
disebut tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan subpokok bahasan disebut
tujuan instruksional khusus (TIK). TIK merupakan tujuan yang terletak pada
jenjang terbawah dan paling terbatas ruang lingkupnya. Bersifat operasional dan
terkerjakan (workable).
Secara
kaseluruhan macam – macam tujuan tersebut merupakan satu kebulatan. Tujuan umum
memberikan arah kepada semua tujuan yang lebih rinci dan yang jenjangnya lebih
rendah. Sebaliknya tujuan yang lebih khusus menunjang pencapaian tujuan yang
lebih luas dan yang jenjangnya lebih tinggi untuk sampai kepada tujuan umum.
5. Materi Pendidikan
Di dalam sistem pendidikan persekolahan,
materi pendidikan tergantung pada dua syarat yakni:
1.
Alat
Mencapai Tujuan
2.
Struktur
individualitas anak/peserta didik
Dua syarat ini dijiwai oleh
undang-undang yang telah ditetapkan guna mencapai tujuan pendidikan. Di
Indonesia dijiwai oleh UUPP nomor 4 tahun 1950
1.
Alat
Mencapai Tujuan
Alat ini dipakai dalam proses pendidikan
yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan berdasarkan pola falsafah bangsa
Indonesia sehingga perkembangan tiap individu nantinya akan memberikan corak
perikehidupan bangsa Indonesia, bila
diperhatikan lebih lanjut maka alat
atau prasarana yang dapat berupa benda
akan dapat membantu perkembangan setiap individu untuk dapat berkembang untuk
menumbuhkembangkan proses pendidikan. Alat mencapai tujuan ini pun telah
dirangkum di dalam kurikulum pendidikan.
2.
Struktur
Individualitas anak/peserta didik
Interaksi antara manusia dengan alam itu akan dapat menghasilkam
struktur individu seseorang. Struktur individu yang berkembang akan
memberikan pengaruh terhadap alam
sekitar dan sebaliknya alam sekitar akan berpengaruh terhadap perkembangan
pribadi anak/ peserta didik.
Bahan yang dipergunakan untuk pembentukkan
struktur individu hendaknya:
-
Sesuai
dengan taraf perkembangan anak misalnya minat sehingga tidak ada rasa
keterpaksaaan
-
Mempunyai
nilai membentuk yaitu pendidikan lebih diutamakan dari pegajaran
-
Dapat
digunakan secara praktis di masyarakat, oleh karena itu materi pendidikan
selalu direvisi, misalnya apakah pendidikan dapat menimbulkan perubahan tingkah
laku atau sikap anak/peserta didik?bagaimana metode yang dapat diterapkan?
-
Menimbulkan
ciri tri tugas pengajaran atau tidak?
1.
Memberi
pengetahuan (wisson)
2.
Membentuk
kecakapan (konnen)
3.
Membentuk
kesiapan dalam menghadapi persoalan (fertiokoit)
6.
Alat
dan Metode
Alat dan metode
pendidikan merupakan dua sisi dari suatu mata uang. Alat melihat jenisnya
sedangkan metode melihat efisiensi dan dilakukan ataupun diadakan dengan
sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan dibedakan atass yang
preventif dan yang kuratif.
1) Yang
bersifat preventif, yaitu yang bermaksud mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
dikehendaki misalnya larangan, pembatasan, peringatan, bahkan juga hukuman.
2) Yang bersifat kuratif,
yaitu yagn bermakksud memperbaiki, misalnya ajakan, contoh, nasehat, dorongan,
pemberian kepercayaan, saran penjelasan, bahkan juga hukuman.
Untuk memilih dan menggunakan alat
pendidikan yg efektif ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a)
Kesesuaiannya dengan
tujuan yang ingin dicapai.
b)
Kesesuaiannya dengan
peserta didik.
c)
Kesesuaiannya dengan
pendidik sebagai si pemakai.
d)
Kesesuaiannya dengan
situasi dan kondisi saat digunakannya alat tersebut.
Persyaratan-persyaratan tersebut perlu
diperhatikan agar jangan sampai salh. Sebab kesalahan pemakaian alat dan metoda menjadikan peserta didik
frustasi dan mungkin salah arah.
Salah satu alat pendidikan yang sangat
istmewa dan bersifat khusus ialah “hukuman”. Sebabnya karena hukumanmesti
menimbulkan nestapa (penderitaan), sehingga pengguaan hukuman harus
dipertimbangkan dengan seksama, baru boleh digunakan manakala sudah tidak ada
alat lain yang berkhasiat. Itu pun harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga
hukuman dapat menimbulakan nestapa sesuai dengan kemampuan si salah untuk
memikulanya. Inilah yang dimaksud dengan hukuman yang pedalogis. Hanya hukuman
yang demikian ini bersifat memperbaiki yaitu menjadikan si salah memnyadari
kesalahannya, menyesalinya perbuatannya, dan memperbaiki dirinya.
7.
Lingkungan
Pendidikan
Pendidikan adalah sejumlah kemampuan
yang dapat dikembangkan melalui pengalaman yang terjadi karena interaksi
manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia
secara efisien dan efektif. Sedangkan latar tempat berlangsungnya pendidikan
itu disebut dengan Lingkungan Pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama
pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Berdasarkan perbedaan ciri–ciri
penyelenggaraan pendidikan pada ketiga lingkungan pendidikan itu, maka
ketiganya sering dibedakan sebagai pendidikan informal, pendiidkan formal dan
pendidikan nonformal.
- Pendidikan
informal adalah pendidikan yang terjadi dalam lingkungan keluarga yang
berlangsung secara alamiah dan wajar.
- Pendidikan
formal adalah pendidikan di sekolah yang secara sengaja dirancang dan
dilaksanakan dengan aturan–aturan yang ketat, seperti harus berjenjang dan
berkesinambungan.
- Pendidikan
nonformal adalah pendidikan di
lingkungan masyarakat (Misalnya kursus dan kelompok belajar) tidak
dipersyaratkan berjenjang dan berkesinambungan serta dengan aturan–aturan yang
lebih longgar.
Fungsi Lingkungan
Pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai
lingkungan sekitarnya (Fisik, sosial dan budaya) utamanya berbagai sumber daya
pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Masyarakat akan dapat berfungsi dengan baik jika setiap individu belajar
berbagai hal, baik pola–pola tingkah laku umum maupun peranan yang berbeda –
beda. Sehubungan dengan itu pendidikan bertugas untuk mengajarkan berbagai
macam keterampilan dan keahlian.
Pelaksanaan
pendidikan dilakukan melalui tiga kegiatan yaitu membimbing, mengajar dan
melatih.
- Membimbing,
terutama berkaitan dengan pemantapan jati diri dan pribadi dari segi- segi
prilaku umum ( Aspek Pembudayaan )
- Mengajar,
terutama berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan
- Melatih,
terutama berkaitan dengan keterampilan dan kemahiran (Aspek Teknologi).
Tripusat
Pendidikan terdiri atas:
A.
Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan
pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan
semenda dan sedarah. Keluarga dapat berbentuk keluarga inti ( Nucleus Family :
ayah, ibu dan anak ), Atau keluarga yang diperluas ( Disamping inti, ada orang
lain: kakek, nenek, adik/kakak ipar, pembantu, dll ). Ibu merupakan anggota
keluarga yang mula - mula paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak,
namun pada akhirnya seluruh anggota keluarga itu ikut berinteraksi dengan anak.
Selain faktor iklim sosial tsb, faktor kebudayaan, tingkat kemakmuran, keadaan
perumahannya dll juga mempengaruhi tumbuh kembang anak dalam keluarga tersebut.
Fungsi dan peranan
keluarga dalam pencapaian tujuan pendidikan yaitu membangun manusia Indonesia
seutuhnya. Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar
sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan
agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan. Pendidikan keluarga itu
merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman
seumur hidup. Keluarga adalah tempat pendidikan yang sempurna sifat dan
wujudnya untuk melangsungkan pendidikan kearah pembentukan pribadi yang utuh,
tidak saja bagi anak – anak tetapi juga pada para remaja. Peran orang tua dalam
keluarga adalah sebagai penuntun, pengajar dan pemberi contoh. Tugas pendidikan
dalam keluarga adalah mencari cara, membantu para ibu dalam tiap keluarga agar
dapat mendidik anak – anaknya dengan optimal.
B. Lingkungan
Sekolah,
Sekolah merupakan sarana yang secara
sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Sekolah seharusnya menjadi
pusat pendidikan untuk menyiapkan manusia Indonesia sebagai individu, warga
masyarakat, warga negara, warga dunia di masa depan. Sekolah yang demikianlah
yang diharapkan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal, yakni
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Pembangunan nasional di bidang
pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas
manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur serta
memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenan dengan aspek
jasmaniah maupun rohaniah. Salah satu alternatif yang mungkin dilakukan di
sekolah untuk melaksankan kebijakan nasional itu adalah secara bertahap
mengembangkan sekolah menjadi suatu tempat pusat latihan ( training center )
manusia Indonesia di masa depan. Sekolah sebagai pusat pendidikanadalah sekolah
yang mencerminkan masyarakat yang maju karena pemanfaatan secara optimal ilmu
pengetahuan dan teknologi tetapi tetap berpijak pada ciri keindonesiaan.
Alternatif lain yang mungkin dilakukan
sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah, antara lain :
A. Pengajaran
Yang Mendidik
Pengajaran yang mendidik adalah
pengajaran yang secara serentak memberi peluang pencapaian tujuan intruksional
bidang studi dan tujuan – tujuan umum pendidikan. Kegiatan belajar mengajar
melalui proses tanya jawab akan memberi peranan dan tanggung jawab yang selaras
dan seimbang antara guru dan siswa. Hal itu akan terlaksana dengan efisien dan
efektif apabila guru memiliki wawasan kependidikan yang mantap serta
menguasai berbagai strategi belajar
mengajar. Pemberian prakarsa dan tanggung jawab sedini mungkin kepada siswa
untuk berperan di dalam kegiatan belajar mengajar akan sangat bermanfaat bukan
hanya dalam pencapaian siswa di sekolah, tetapi juga untuk membentuk dan
memperkuat kebiasaan belajar terus – menerus sesuai dengan asaa pendidikan
seumur hidup.
Dalam upaya mewujudkan pengajaran yang
mendidik, setiap keputusan dan tindakan guru dalam rangka kegiatan belajar
mengajar akan membawa berbagai dampak atau efek kepada siswa, baik efek
instruksional (Instructional Effect) maupun efek pengiring (Nurturant Effect).
Efek Instruksional merupakan efek langsung dari bahan ajaran yang menjadi isi
pesan dari belajar mengajar. Sedangkan Efek Pengiring merupakan efek tidak
langsung dari bahan ajaran dan atau pengalaman belajar yang dihayati oleh siswa
sebagai akibat dari strategi belajar mengajar yang menjadi landasan dari
kegiatan belajar mengajar tersebut.
Pengalaman belajar merupakan sesuatu
yang unik dan kompleks, tetapi dapat dibedakan dalam tiga jenis sesuai dengan
sasaran pembentukan atau tujuan pendidikan yang akan dicapai :
1. Pengkajian
untuk pembentukan pengetahuan – pemahaman yang dapat dirancang dan dilaksanakan
dalam bentuk yang beraneka ragam, seperti :
a. Dari
segi caranya : mendengarkan ceramah, membaca buku, berdiskusi, melakukan
pengamatan langsung dll.
b. Dari
segi peranan subjek didik di dalam pengolahan pesan : ekspositorik yaitu pesan
diolah hanya oleh guru atau heuristik atau problematik yaitu pesan diolah
bersama oleh guru dan siswa.
c. Dari
segi cara pengolahan pesan : Deduktif (dari umum ke khusus) atau induktif (dari
khusus ke umum)
d. Dari
segi pengaturan subjek didik : kelompok besar, kelompok kecil atau perorangan
2. Latihan
untuk sasaran pembentukan keterampilan( fisik, sosial maupun intelektual ).
3. Penghayatan
kegiatan/peristiwa sarat nilai untuk sasaran pembentukan nilai dan sikap
(afektif), dengan pelibatan secara langsung baik sebagai pelaku maupun penerima
perlakuan.
B. Peningkatan
dan pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan ( BP ) di sekolah.
Bidang garapan program BP adalah perkembanganpribadi peserta didik, khususnya
aspek sikap dan perilaku atau kawasan afektif.
C. Pengembangan
perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat sumber belajar ( PSB ). Pengembangan
perpustakaan sekolah yang mengelola bukan hanya bahan pustaka tetapi juga
berbagai sumber belajar lainnya, baik sumber belajar yang dirancang maupun yang
dimanfaatkan. Pengembangan PSB dapat dilakukan secara bertahap sehingga pada
akhirnya dapat berperan ganda yaitu sebagai “ Mitra Kelas “ dalam proses
belajar mengajar dan tempat pengkajian berbagai pengembangan sistem
intruksional.
D. Peningkatan
dan pemantapan program pengolahan sekolah, khususnya yang terkait dengan
peserta didik. Pengelola sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan
seharusnya merupakan refleksi dari suatu masyarakat sebagaimana yang dicita -
citakan dalam tujuan nasional.
Perkembangan peserta didik pada umumnya
diengaruhi oleh berbagai faktor yaitu hereditas, lingkungan proses perkembangan
dan anugerah. Khusus untuk faktor lingkungan peranan tripusat pendidikan yang
paling menentukan, baik secara sendiri-sendiri atauun secara bersama-sama.
Kaitan antara tripusat pendidikan dengan tiga kegiatan pendidikan (membimbing,
mengajar, dan melitih) adalah untuk mewujudkan jati diri yang mantap,
penguasaan pengetahuan dan kemahiran keterampilan. Setiap pusat pendidikan
dapat berpeluang member kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan
yaitu :
1. Pembimbingan
dalam upaya pemantapan pribadi yang berudaya.
2. Pengajaran
dalam upaya penguasaanpengetahuan.
3. Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.
C. Lingkungan
Masyarakat.
Kaitan
antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari 3 segi yaitu :
a. Masyarakat
sebagai penyelenggara pendidikan
baik
yang dilembagakan (jalur sekolah) maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar
sekolah).
b. Lembaga
– lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat
baik
langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
c. Dalam
masyarakat tersedia berbagai sumber belajar
baik
yang dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (utility). Perlu pula di
ingat bahwa manusia dalam bekerja dan hidup sehari – hari akan selalu berupaya
memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya.
Dengan kata lain, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memamfaatkan
sumber – sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul,
dan sebagainya.
Ketiga
hal tersebut hanya dapat dibedakan namun dalam kenyataannya sering sukar
dipisahkan.
Manusia
sepanjang hidupnya selalu terbuka akan peluang memperoleh pendidikan (asas
pendidikan seumur hidup), dan dari sisi lain, manusia seyogianya belajar
sepanjang hayat. Implikasi dari asas tesebut adalah dalam beberapa tahun
terakhir ini belajar melalui pengalaman (experiential learning) makin lama
makin penting. Bahkan telah dinilai dan diakui sebagai sesuatu yang setara
dengan hasil belajar lainnya melalui penilaian hasil belajar melalui pengalaman
(PHBMP) serta dihargai sebagai dari kredit dalam program pendidikan tinggi
(Raka Jono, 1992; Lamdin, 1992). Bahkan di Amerika Serikat telah dikembangkan
program khusus untuk memberikan peluang seseorang yang berpengalaman dalam
hidupnya memperoleh pengakuan pendidikan tinggi seperti pada “School for New
Learning” dari “De Paul University”. Dalam UU RI No. 2 tahun 1989 Sisdiknas,
gagasan – gagasan tersebut telah tercermin dalam pasal 24 ayat 2 (pendidikan
berkelanjutan dan terbuka), Pasal 26 dan lain – lain.
Fungsi
masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada taraf perkembangan
dari masyarakat itu beserta sumber – sumber belajar yang tersedia di dalamnya.
Perkembangan masyarakat Indonesia sangat bervariasi sehingga wujud sosial
kebudayaan dalam masyarakat Indonesia dewasa ini menurut Koentjaraningrat (dari
Wayan Ardhana, 1986: Modul 1/71-72) sebagai berikut :
a.
Tipe masyarakat
berdasarkan sistem berkebun yang amat sederhana, hidup dengan berburu, dan
belum mempunyai kebiasaan menanam padi. Sistem dasar kemasyarakatannya berupa
desa terpencil tanpa diferensiasi dan stratifikasi yang berarti. Masyarakat ini
tidak mengalami kebudayaan perunggu, kebudayaan Hindu, dan agama Islam.
b.
Tipe masyarakat
pedesaan berdasarkat bercocok tanam di ladang atau sawah dengan tanaman pokok
padi. Sistem dasar kemasyarakatannya adalah komunikasi petani dengan
diferensiasi dan stratifikasi sosial sedang, dan yang merasakan diri sebagai
bagian bawah dari suatu kebudayaan yang lebih besar. Gelombang pengaruh
kebudayaan Hindu dan agama Islam tidak dialami. Arah orientasinya adalah
masyarakat kota dengan peradaban kepegawaian.
c.
Tipe masyarakat
pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di ladang atau sawah dengan tanaman
pokok padi. Sistem dasar kemasyarakatannya adalah desa komunitas petani dengan
diferensiasi dan stratifikasi sosial sedang, gelombang pengaruh kebudayaan
Hindu tidak dialami atau sangat kecil, sehingga terhapus oleh pengaruh agama
Islam. Arah orientasinya adalah masyarakat kota yang mewujudkan peradaban bekas
kerajaan, berdagang dengan pengaruh Islam, bercampur dengan peradaban
kepegawaian.
d.
Tipe masyarakat
pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di sawah dengan tanaman pokok padi.
Sistem dasar kemasyarakatannya adalah komunitas petani dengan diferensiasi dan
stratifikasi sosial yang agak kompleks. Masyarakat ini mengalami semua
gelombang pengaruh kebudayaan asing, seperti kebudayaan Hindu, agama Islam, dan
Eropa. Arah orientasinya adalah masyarakat kota yang mewujudkan peradaban
kepegawaian
e.
Tipe masyarakat
perkotaan yang mempunyai ciri – ciri pusat pemerintahan dengan sektor
perdagangan dan industri yang lelah. Tipe masyarakat metropolitan yang
mengembangkan sektor perdagangan dan industri, tetapi masih di dominasi oleh
aktivitas kehidupan pemerintahan dengan suatu sektor kepegawaian yang luas dan
kesibukan politik di tingkat daerah ataupun pusat
Terdapat
sejumlah lembaga kemasyarakatan dan / atau kelompok sosial yang mempunyai peran
dan fungsi edukatif yang besar, antara lain :
1. Kelompok
Sebaya (Peers Group)
Adalah
kelompok yang terdiri dari orang – orang yang sama usianya, misalnya kelompok
bermain seusia, genk, kelompok monoseksual. Dampak edukatif dari keanggotaan
dalam kelompok sebaya antara lain karena interaksi sosial yang intensif dan
dapat terjadi setiap waktu, dan dengan melalui peniruan serta penerimaan / penolakan
kelompok
Fungsi
kelompok sebaya terhadap anggotanya (Wayan Ardhana, 1968: Modul 5/19):
~
Mengajar berhubungan
dan menyesuaikan diri dengan orang lain.
~
Memperkenalkan
kehidupan masyarakat yang lebih luas.
~
Menguatkan sebagian
dari nilai – nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat orang dewasa.
~
Memberikan pengalaman
kepada anggota – anggotanya cara – cara untuk membebaskan di dari pengaruh
kekuasaan otoritas.
~
Memberikan pengalaman
untuk mengadakan hubungan yang didasarkan pada prinsip persamaan hak.
~
Memberikan pengetahuan
yang tidak bisa diberikan oleh keluarga secara memuaskan (pengetahuan mengenai
cita rasa berpakaian, musik, jenis tingkah laku tertentu, dan lain - lain).
~
Memperluas cakrawala
pengalaman anak, sehingga ia menjadi orang yang lebih kompleks.
2. Organisasi
Kepemudaan
Memiliki
prinsip dasar yang sama dengan kelompok sebaya yaitu menyalurkan hasrat
berkelompok dari pemuda kepada hal – hal yang berguna.
Contoh
organisasi kepemudaan antara lain :
OSIS,
pramuka, PMR, Karang Taruna, Remaja Mesjid, Seke Truna Truni, dsb
Organisasi
kepemudaan memiliki manfaat penting dalam membantu proses sosialisasi serta
menembangkan aspek afektif dari kepribadian.
3. Organisasi
Keagamaan
Organisasi
keagamaan memiliki keinginan untuk melestarikan keyakinan agama anggota –
anggotanya, maka organisasi tersebut menyediakan program pendidikan bagi anak –
anaknya yaitu :
~
Mengajarkan keyakinan
serta praktek – praktek keagamaan dengan cara memberikan pengamalan –
pengamalan yang menyenangkan bagi mereka.
~
Mengajarkan kepada
mereka tingkah laku dan prinsip – prinsip moral yang sesuai dengan keyakinan –
keyakinan agamanya.
~
Memberikan model –
model bagi perkembangan watak (Wayan Ardhana 1986: Modul 5/18).
Pada
umumnya organisasi keagamaan terdiri dari beberapa kelompok sosial dan etnis
yang berbeda sehingga organisasi ini akan sangat berperan penting dalam
pengembangan rasa persaudaraan demi tercapainya kerukunan intern dan antara
umat beragama di Indonesia.
4. Organisasi
Politik
Yaitu
organisasi yang merupakan tempat berkumpulnya orang – orang yang memiliki
tujuan dalam berpolitik
Misalnya
: Partai politik
5. Organisasi
Kebudayaan
6. Organisasi
Ekonomi
7. Media
Massa
Media
massa mempunyai 3 fungsi yaitu :
1. Informasi
2. Edukasi
3. Rekreasi
Karena
biayanya yang tidak mahal, mudah diperoleh, serta menarik, media massa
mempunyai arti penting terutama dalam kehidupan kita sehari – hari.
Media
massa memiliki 3 macam pengaruh :
1. Pengaruh
sosialisasi dalam arti luas, utamanya tentang sikap dan nilai – nilai dasar
masyarakat serta model tingkah laku dalam berbagai bidang kehidupan.
2. Pengaruh
khusus jangka pendek, media massa mungkin menyebabkan orang membeli produk
tertentu ataupun memberi suata / pendapat dengan cara tertentu.
3. Media
massa memberikan pendidikan dalam pengertian yang lebih formal, yaitu dalam
memberikan informasi atau menyajikan pengajaran dalam suatu bidang tertentu.
Peranan
media massa semakin menentukan di masa depan, karena kemajuan IPTEK sehingga
media massa dapat langsung di terima di rumah, seperti pada radio, televisi,
bahkan melalui internet.
PENGARUH TIMBAL BALIK ANTARA TRIPUSAT PENDIDIKAN
TERHADAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Tumbuh
kembang anak di pengeruhi oleh faktor hereditas, lingkungan, proses
perkembangan, anugerah.
Di
dalam faktor lingkngan tripusat pendidikan (membimbing, mengajar, dan melatih
seperti tersebut dalam ayat 1 Pasal UU RI nomor 2/1989) itulah yang paling
menentukan peranan tiga pusat pendidikan itu bervariasi meskipun ketiganya
melakukan tiga kegiatan pokok dalam pendidikan tersebut.
kitan antara tripusat pendidikan dengan tiga
kegiatan pendidikan untuk mewujudkan jati diri yang mantap, penguasaan
pengetahuan, dan kemahiran keterampilan.
Dari
bagan di atas tersebut dilukiskan bahwa setiap pusat pendidikan dapat
berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan,
yakni :
1. Pembimbing
dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya
2. Pengajaran
dalam upaya penguasaan pengetahuan
3. Pelatihan
dalam upaya pemahiran keterampilan
Kontribusi
itu akan berada bukan hanya antarindividu, tetapi juga faktor pusat pendidikan
itu sendiri yang bervarisai di seluruh wilayah Nusantara. namun kecenderungan
umum, utamanya pada masyarakat modern, kontribusi keluarga pada aspek
penguasaan pengetahuan dan pemahiran keterampilan makin mengecil dibandingkan
dengan kontribusi sekolah dan masyarakat
Peningkatan
kontribusi setiap pusat pendidikan terhadap perkembangan peserta didik,
diprasyaratkan pula keserasian kontribusi itu, serta kerja sama yang erat dan
harmonis antartripusat tersebut
Di
lingkungan keluarga telah diupayakan berbagai hal (perbaikan gizi, permainan
edukatif, dan sebagainya) yang dapat menjadi landasan pengembangan selanjutnya
di sekolah dan masyarakat.
Di
lingkungan sekolah diupayakan berbagai hal yang lebih mendekatkan sekolah
dengan orang tua siswa ( organisasi orang tua siswa, kunjungan rumah oleh
personel sekolah dan sebagainya ). Sekolah juga mengupayakan agar programnya
berkaitan erat dengan masyarakat di sekitarnya (siswa ke masyarakat, narasumber
dari masyarakat ke sekolah, da sebagainya).
Akhirnya
lingkungan masyarakat mengisahakan berbagai kegiatan / program yang menunjang
program keluarga dan sekolah. Dengan kontribusi tripusat pendidikan yang saling
memperkuat dan saling melengkapi itu akan memberikan peluang mewujudkan sumber
daya manusia yang terdidik yang bermutu.
Salah
satu masalah yang banyak dibicarakan ialah sekolah sebagai produk masyarakat
modern sering membawa dampak negatif karenan secara terselubung menghantar
generasi terdidik ke kota – kota besar. Seperti yang diketahui, dislokasi
sekolah itu adalah makon tinggi jenjang sekolah itu makin dekat ke kota besar,
sehingga perguruan tinggi pada umumnya di ibu kota provinsi. Hal itu membawa
dampak negatif yakni terpusatnya tenaga terdidik di daerah perkotaan, dan hanya
sedikit yang kembali ke daerah pedesaan. Oleh karena itu tedapat berbagai
pendapat agara lebih dioroentasikan pada kebutuhan daerah yang bersangkutan.
Titik
kulminasi dari pemikiran tesebut di atas akhirnya dituangkan dalam Kep. Men.
Dikbud RI No. 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987 tentang Penerapan Muatan Lokal
Kerikulum Sekolah Dasar. Keputusan itu kemudian dikukuhkan oleh UU RI No. 2
Tahun 1989 tentang Sisdiknas (umpamanya dalam Pasal 37, 38 ayat 10 Jo. PP RI
No. 28 Tahun 1990 tentang Dikdas (Pasal 14 ayat 3dan 4). Dengah demikian, pada
tingkat sistem (nasional) telah diterapkan berbagai aturan sebagai acuan
pengembangan / pelaksanaan muatan lokal kurikulum SD. Yang masih perlu di
mantapkan adalah berbagai komponen pada tingkat institusional dan atau personel
(guru, siswa, dan sebagainya), baik dari segi penyusunan program, maupun
pelaksanaannya. Muatan lokal kurikulum SD tersebut adalah program pendidikan
yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan
sosial, lingkungan budaya, dan kebutuhan darah yang perlu dipelajari oleh murid
(Kepmen Dikdud No. 0412/U/1987 Pasal 1).
Bersadarkan
ketentuan yuridis tersebut ternyata bahwa kurikulum SD mempunyai dua jenis
muatan, yakni muatan nasional dan muatan lokal. Kedua jenis muatan itu
merupakan satu kesatuan yang saling menunjang dan menguatkan. Muatan nasional
kurikulum SD ditetapkan secara nasionak, dan nerlaku sama di seluruh Indonesia
(UU RI No. 2/1989 Pasal 38 Ayat 2). Sedangkan muatan lokal kurikulum SD dapat
berupa mata pelajaran tambahan dan atau tambahan kajian dari mata pelajaran
yang telah ada (PP RI No. 28/1990 Pasal 14 Ayat 3 dan 4), yang disesuaikan
dengan lingkungan (alam, sosial, dan budaya) serta kebutuhan pembangunan di
daerah tertentu. Untuk maksud tersebut, pemilihan berbagai muatan lokal dari
kurukulum beserta sumber – sumber belajar pendukungnya tidak mengurangi
kerikulum yang berlaku secara nasional dan tidak menyimpang dari tujuan
pendidikan nasional.
Di
samping kurukulum, muatan okal juga dapat berkaitan dengan cara penyampaian isi
kurikulum tersebut. Cara penyampaian itu meliputi baik kegiatan intara
kurikuler, maupun ko-kurikuler ataupun ekstra-kulikuler. Pemilihan
strategi/metode/teknik belajar mengajar, sumber belajar (termasuk narasumber),
serta sarana pendukung lainnya yang tersedia di sekitar siswa akan sangat
bermanfaat mendekatkan siswa dengan lingkungan, mengakrabkan dengan bidang –
bidang kemahiran yang ada disekitarnya, serta memahami daerahnya.
Dari
segi lain perlu pula dikemukakan bahwa muatan lokal kurikulum SD memerlukan
kajian secara cermat agar aspek kebhinekaan itu tetap dalam latar memantapkan
ketunggalikaan. Muatan lokal di dalam kurikulum tidak boleh menghanbal
mobilitas peserta didik, baik secara horizontal maupun vertikal. Dengan kata
lain, muatan lokal di dalam kurikulum SD harus diupayakan sedemikian rupa
sehingga menghasilkan bukannya “ manunsia lokal” akan tetapi “manusia nasional”
di suatu lokal tertentu. Yakni manusia Indonesia yang akrab dan mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sebagai pribadi dengan jati diri
Indonesia yang terinbtegrasi dengan masyarakat sekitarnya, serta mampu
mengembangkan minat dan kemampuannya yang khas yntuk disumbangkan kepada
masyarakat.
Dalam
petunjuk penerapan Muatan Lokal Kurikulum SD (lampiran Kep. Men. Dikdud No.
0412/1987) di kemukakan beberapa tujuan yang lebih rinci dari muatan lokal
tersebut yang dapat dikategorikan dalam dua kelompok, sebagai berikut :
1.
Tujuan – tujuan yang
segera dapat dicapai, yakni :
a. Bahan
pengajaran lebih mudah diserap oleh murid
b. Sumber
belajar di daerahdapat lebih dimanfaatkanuntuk kepentingan pendidikan
c. Murid
dapat menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah yang ditenukan di
sekitarnya
d. Murid
lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya yang
terdapat di daerahnya.
2.
Tujuan – tujuan yang
memerlukan waktu yang relatif lama untuk mencapainya, yakni :
a. Murid
dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya
b. Murid
diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya
c. Murid
menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan terhadap
lingkungannya sendiri.
Muatan
lokal kurikulum SD tesebut seyogianya makin diperluas/diringkatkan, agar dapat
telaksana dengan semestinya. Berdasarkan tujuan muatan lokal, perluasan dan
peningkatan muatan lokal dilakukan dengan memperhatikan :
1. GBPP
yang berlaku
2. Sumber
daya yang tersedia
3. Kekhasan
lingkungan (alam, sosial, dan budaya) dan kebutuhan daerah
4. Mobilitas
murid
5. perkembangan
dan kemampuan murid (Kep. Men. Dikbud No. 0412/U/1987 Pasal 6). Pendidikan akan
mampu melaksanakan secara serentak fungsi pelestarian kebudayaan dan fungsi
pengembangan dari kenudayaan yang diembannya itu. Dan seiring dengan itu,
sekolah sebagai pusat pendidikan akan lebih dekat dengan pusat – pusat lainnya
yakni keluarga dan masyarakat. Dengan demikian tripusat pendidikan itu
diharapkan dapat menunaikan tugasnya untuk membangun manusia Indonesia
seutuhnya dan membangun seluruh masyarakat Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar