Silahkan Klik

Sabtu, 17 Maret 2012

Kualitas tes Subjektif


2.1 Pengertian Tes Subjektif
            Secara ontologis tes subjektif adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa (Sukardi, 2008). Menurut Suherman (1993) tes subjektif adalah tes yang menuntut siswa untuk dapat menyusun dan memadukan gagasan-gagasan tentang hal-hal yang telah dipelajarinya, dengan cara mengekspresikan atau mengemukakan gagasan tersebut secara tertulis dengan kata-kata sendiri.
Senada dengan itu, menurut Oemar Hamalik (2001) tes subjektif adalah salah satu bentuk tes yang terdiri dari satu atau beberapa pertanyaan subjektif, yakni pertanyaan yang menuntut jawaban tertentu oleh siswa secara individu berdasarkan pendapatnya sendiri. Setiap siswa memiliki kesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan jawaban siswa lainnya.
Tes subjektif juga dapat disebut sebagai tes dengan menggunakan pertanyaan terbuka, dimana dalam tes tersebut siswa diharuskan menjawab sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu, menurut Suherman, E (1993) tes subjektif juga sering disebut sebagai tes uraian karena untuk menjawab soal siswa dituntut untuk menyusun jawaban secara terurai. Jawaban tidak cukup hanya dengan satu atau dua kata saja, tetapi memerlukan uraian yang lengkap dan jelas. Selain harus menguasai materi tes, siswa dituntut untuk bisa mengungkapkannya dalam bahasa tulisan dengan baik.
Tes subjektif yang biasa dipakai di sekolah mempunyai arti yang luas, yaitu tidak hanya mengukur kemampuan siswa dalam menyajikan pendapat pribadi, melainkan juga menuntut kemampuan siswa dalam hal menyelesaikan hitungan, menganalisis masalah, dan mengekspresikan pendapat.
2.2      Kelebihan dan Kelemahan Tes Subjektif
Dalam pembelajaran di kelas, tes subjektif masih banyak digunakan oleh para guru, karena tes subjektif memiliki beberapa kelebihan. Menurut Sukardi, H.M (2009) tes subjektif dapat digunakan untuk menilai hal-hal berkaitan erat dengan beberapa butir berikut.
a.       Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item secara tepat.
b.      Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri.
c.       Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran siswa secara aktif.
d.       Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat mereka sendiri.
e.        Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami suatu permasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan di dalam kelas

Gronlund, N.E (1982) menyatakan bahwa karakteristik yang paling menonjol dari tes subjektif adalah kebebasan respon yang diberikan oleh para siswa. Karakteristik ini menjadi sebuah kelebihan dari tes subjektif. Pertanyaan dalam tes subjektif ini mengharuskan siswa untuk memproduksi jawaban mereka sendiri. Mereka relatif bebas untuk memutuskan bagaimana mendekati masalah, informasi faktual apa yang digunakan, bagaimana mengatur jawaban, dan apa penekanan yang diberikan pada setiap aspek jawabannya. Dengan demikian, tes subjektif dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memproduksi, mengintegrasikan, dan mengekspresikan ide-ide. Menurut Azhar, L.M (1991) salah satu kelebihan atau keuntungan tes subjektif yang lain adalah mencegah siswa menjawab secara menebak serta relatif lebih mudah dan lebih cepat dibuat dibandingkan dengan tes objektif.
Di samping beberapa kelebihan seperti yang telah diuraikan di atas, ternyata tes subjektif juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan oleh seorang guru. Menurut Suherman, E (1993) kelemahan tes subjektif di antaranya sebagai berikut.
a.        Ruang lingkup yang disajikan dalam bentuk tes subjektif kurang menyeluruh. Hal ini disebabkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap butir soal cukup banyak, sehingga jumlah butir soal yang disajikan sedikit. Pada tes subjektif ini, jika siswa kebetulan mempelajari materi yang secara kebetulan sesuai dengan butir soal yang disajikan, ia dapat dengan mudah menyelesaikannya. Sebaliknya jika siswa tidak mempelajari dengan baik materi yang tersaji dalam soal itu biasanya mendapat hasil yang kurang baik.
b.       Sesuai dengan namanya, soal tipe subjektif ini dalam pemeriksaan dan pemberian nilai akhir seringkali dipengaruhi faktor subjektivitas dari pemeriksa atau pemberi nilai, sehingga nilai akhir yang diterima siswa ada kemungkinan bisa, kurang mencerminkan kemampuan sebenarnya. Faktor subjektivitas itu sebagai akibat pengaruh kondisi pemeriksa, siswa dan lingkungan.
c.         Pemeriksaan jawaban pada tes subjektif ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, tetapi harus diperiksa oleh orang yang benar-benar ahli dalam bidangnya. Bila pemeriksa kurang mengetahui pokok persoalan yang diujikan, akan mengakibatkan hasil pemeriksaan yang dapat merugikan siswa. Demikian pula jika pemeriksa kurang memiliki pengetahuan luas mengenai cara penyelesaian suatu soal, mungkin langkah-langkah penyelesaian suatu soal tidak sama dengan kunci jawaban akan dianggap salah, padahal pekerjaan itu benar.
d.        Memeriksa jawaban tes subjektif cukup rumit sehingga memerlukan waktu yang cukup banyak. Pola jawaban siswa untuk soal bentuk ini bisa beraneka ragam, karena siswa diberi kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya sendiri. Pengetahuan yang telah diperoleh dan dikuasainya akan diutarakan sesuai dengan relevansi pada jawaban persoalan yang ditanyakan. Tiap siswa tentu akan memberikan uraian yang berlainan dan bermacam-macam, apalagi jika persoalannya divergen. Meskipun demikian dalam matematika keanekaragaman ini tidak akan jauh berbeda karena sifatnya eksak, lain halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya. Karena keanekaragaman itu, baik cara penyelesaian maupun alur pikiran yang terdapat di dalamnya, maka pemeriksaaan akan memerlukan banyak waktu dan melelahkan.
Kelemahan-kelemahan menurut Suherman, E (1993) di atas hampir sama dengan apa yang dinyatakan oleh Gronlund, N.E (1982). Selain kelemahan tersebut, Gronlund, N.E (1982) juga menyatakan bahwa kelemahan tes subjektif ini berkaitan dengan respon siswa. Karena siswa harus menulis jawaban dengan kata-kata sendiri, maka kemampuan menulis cenderung untuk mempengaruhi skor yang mereka terima. Miskin ekspresi dan kesalahan dalam menggunakan tanda baca, ejaan, dan tata bahasa biasanya mengurangi skor yang didapatkan.

2.3      Jenis-jenis Tes Subjektif
Dilihat dari luas-sempitnya (scope) materi/masalah yang ditanyakan, soal tes bentuk subjektif atau uraian memiliki dua bentuk, yaitu essay atau uraian terbatas (restricted response items) dan essay atau uraian bebas (extended respons items). Beberapa tahun ke belakang, Depdikbud menyebut kedua jenis soal ini dengan istilah tes uraian objektif dan tes uraian non-objektif. Walaupun sebenarnya jika dilihat lebih dalam, kedua jenis tes terakhir ini (uraian objektif dan uraian non-objektif) merupakan bagian dari tes subjektif terbatas, karena pengelompokkan tes uraian menjadi uraian objektif dan uraian non-objektif hanya didasarkan kepada pendekatan pemberian skor saja.
Perbedaan antara soal bentuk uraian objektif dengan uraian non-objektif terletak pada kepastian pemberian skor. Pada soal bentuk uraian objektif, kunci jawaban dan pedoman penskorannya lebih pasti (diuraikan secara jelas hal/ komponen yang di skor dan berapa skor untuk masing-masing komponen tersebut. Sedangkan pada soal uraian non-objektif pedoman penskoran dinyatakan dalam rentangan (0 – 4 atau 0 – 10), sehingga pemberian skor (penentuan kualitas jawaban) sedikit banyak akan dipengaruhi oleh unsur subjektif si pemberi skor. Untuk mengurangi subjektifitas ini, dapat dilakukan dengan cara membuat pedoman  penskoran secara rinci dan jelas, sehingga pemberian skor dapat relatif sama.


2.3.1  Tes Uraian Objektif
Tes uraian objektif adalah bentuk tes uraian yang butir soalnya memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan yang relatif lebih pasti, sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif (walaupun pemeriksa berbeda namun dapat menghasilkan skor yang relatif sama). Artinya model tes ini memiliki kunci jawaban yang pasti, sehingga jawaban benar bisa diberi skor 1 dan jawaban salah 0.
Anthony J. Nitko (1996) mengatakan bahwa tes subjektif terbatas tepat dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar kompleks yang berupa kemampuan :
a.    menjelaskan hubungan sebab akibat
b.    melukiskan pengaplikasian prinsip-prinsip
c.    mengajukan argumentasi-argumentasi yang relevan
d.   merumuskan hipotesis-hipotesis dengan tepat
e.    merumuskan asumsi-asumsi yang tepat
f.     melukiskan keterbatasan-keterbatasan data
g.    merumuskan kesimpulan-kesimpulan secara tepat
h.    menjelaskan metoda dan prosedur
i.      hal-hal sejenis yang menuntut kemampuan siswa untuk melengkapi jawabannya.

2.3.2 Tes Uraian Non-Objektif
Tes Uraian Non-objektif adalah bentuk tes uraian yang butir soalnya memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan jawaban yang bebas, menuntut siswa untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan (menguraikan dan memadukan gagasan- gagasan) pribadi atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis sehingga dalam penskorannya mengandung unsur subjektifitas (sukar dilakukan secara objektif)
Tes subjektif bebas tepat dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar yang bersifat kompleks yang berupa kemampuan-kemampuan :

a.    menghasilkan, menyusun dan menyatakan ide-ide
b.    memadukan berbagai hasil belajar dari berbagai bidang studi
c.    merekayasa bentuk-bentuk orisinal, seperti mendisain sebuah eksperimen
d.   mengevaluasi nilai suatu ide

2.4      Jenis-jenis Pertanyaan dalam Tes Subjektif
            Kebebasan respon yang dihasilkan dari pertanyaan subjektif adalah bervariasi. Siswa mungkin diminta untuk memberikan respon yang singkat dan tepat, atau mereka mungkin diberikan kebebasan yang lebih luas dalam menentukan bentuk dan ruang lingkup jawaban mereka. Terkait dengan kebebasan respon di atas, menurut Gronlund, N.E (1982) pertanyaan subjektif dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu  ;
  1. Pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbatas (restricted-response questions)
Pertanyaan dengan jawaban terbatas memiliki kedudukan yang terbatas pada jawaban yang diberikan. Batas-batas subjek yang harus dipertimbangkan biasanya didefinisikan secara sempit dalam masalah dan jawabannya spesifik yang ditunjukkan dengan kata-kata seperti “daftarkan”, “definisikan”, dan “berikan alasan”. Dalam beberapa kasus, lebih lanjut jawaban dibatasi dengan menggunakan kata pengantar atau dengan menggunakan arah khusus :
Contoh:
Jelaskan manfaat relatif dari item tes objektif dan tes subjektif untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat pemahaman! Maksimal jawaban satu halaman.
Membatasi bentuk dan ruang lingkup dari jawaban-jawaban pertanyaan subjektif memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah menyusun pertanyaan seperti itu dapat dibuat lebih mudah, lebih terkait langsung dengan hasil pembelajaran yang spesifik, dan menskor lebih mudah. Di sisi lain, pertanyaan dengan jawaban terbatas kurang baik untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat sintesis dan evaluasi.

  1. Pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbuka (extended-response questions)
Pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbuka (extended-response questions) digunakan untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat sintesis dan evaluasi. Pertanyaan ini memberikan kebebasan kepada siswa yang hampir tak terbatas untuk menentukan bentuk dan ruang lingkup jawaban mereka. Meskipun masih terdapat beberapa batasan-batasan, seperti batasan waktu atau batasan halaman, batasan pada bahan-bahan materi yang termasuk dalam jawaban dan bentuk jawaban dapat diminimumkan. Siswa harus diberikan kebebasan yang cukup untuk menunjukkan kemampuan sintesis dan evaluasi, dan cukup dikontrol untuk memastikan bahwa keahlian dan kemampuan intelektual akan dipanggil keluar oleh pertanyaan itu.
Pertanyaan dengan jawaban terbuka (exended-response question) menyediakan ide-ide kreatif yang terintegrasi, mengevaluasi secara keseluruhan material, dan merupakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving). Itu semua merupakan hasil belajar yang penting, dan tidak dapat diukur dengan jenis item-item tes lainnya oleh orang lain.


0 komentar:

Posting Komentar