2.1
Pengertian Tes Subjektif
Secara ontologis
tes subjektif adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri
atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan
menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan
berpikir siswa (Sukardi, 2008). Menurut Suherman (1993) tes subjektif adalah
tes yang menuntut siswa untuk dapat menyusun dan memadukan gagasan-gagasan
tentang hal-hal yang telah dipelajarinya, dengan cara mengekspresikan atau
mengemukakan gagasan tersebut secara tertulis dengan kata-kata sendiri.
Senada dengan itu,
menurut Oemar Hamalik (2001) tes subjektif adalah salah satu bentuk tes yang
terdiri dari satu atau beberapa pertanyaan subjektif, yakni pertanyaan yang
menuntut jawaban tertentu oleh siswa secara individu berdasarkan pendapatnya
sendiri. Setiap siswa memiliki kesempatan memberikan jawabannya sendiri yang
berbeda dengan jawaban siswa lainnya.
Tes subjektif juga
dapat disebut sebagai tes dengan menggunakan pertanyaan terbuka, dimana dalam
tes tersebut siswa diharuskan menjawab sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Selain itu, menurut Suherman, E (1993) tes subjektif juga sering
disebut sebagai tes uraian karena untuk menjawab soal siswa dituntut untuk
menyusun jawaban secara terurai. Jawaban tidak cukup hanya dengan satu atau dua
kata saja, tetapi memerlukan uraian yang lengkap dan jelas. Selain harus
menguasai materi tes, siswa dituntut untuk bisa mengungkapkannya dalam bahasa
tulisan dengan baik.
Tes subjektif yang
biasa dipakai di sekolah mempunyai arti yang luas, yaitu tidak hanya mengukur
kemampuan siswa dalam menyajikan pendapat pribadi, melainkan juga menuntut
kemampuan siswa dalam hal menyelesaikan hitungan, menganalisis masalah, dan
mengekspresikan pendapat.
2.2
Kelebihan
dan Kelemahan Tes Subjektif
Dalam pembelajaran di
kelas, tes subjektif masih banyak digunakan oleh para guru, karena tes subjektif
memiliki beberapa kelebihan. Menurut Sukardi, H.M (2009) tes subjektif dapat
digunakan untuk menilai hal-hal berkaitan erat dengan beberapa butir berikut.
a. Mengukur
proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item secara
tepat.
b. Mengukur
kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri.
c. Mendorong
siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran siswa
secara aktif.
d. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan
pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat mereka sendiri.
e. Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami
dan mendalami suatu permasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan di dalam
kelas
Gronlund, N.E (1982)
menyatakan bahwa karakteristik yang paling menonjol dari tes subjektif adalah
kebebasan respon yang diberikan oleh para siswa. Karakteristik ini menjadi
sebuah kelebihan dari tes subjektif. Pertanyaan dalam tes subjektif ini
mengharuskan siswa untuk memproduksi jawaban mereka sendiri. Mereka relatif
bebas untuk memutuskan bagaimana mendekati masalah, informasi faktual apa yang
digunakan, bagaimana mengatur jawaban, dan apa penekanan yang diberikan pada
setiap aspek jawabannya. Dengan demikian, tes subjektif dapat meningkatkan
kemampuan siswa untuk memproduksi, mengintegrasikan, dan mengekspresikan
ide-ide. Menurut Azhar, L.M (1991) salah satu kelebihan atau keuntungan tes subjektif
yang lain adalah mencegah siswa menjawab secara menebak serta relatif lebih
mudah dan lebih cepat dibuat dibandingkan dengan tes objektif.
Di samping beberapa
kelebihan seperti yang telah diuraikan di atas, ternyata tes subjektif juga
memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan oleh seorang guru. Menurut
Suherman, E (1993) kelemahan tes subjektif di antaranya sebagai berikut.
a. Ruang
lingkup yang disajikan dalam bentuk tes subjektif kurang menyeluruh. Hal ini
disebabkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap butir soal cukup
banyak, sehingga jumlah butir soal yang disajikan sedikit. Pada tes subjektif
ini, jika siswa kebetulan mempelajari materi yang secara kebetulan sesuai
dengan butir soal yang disajikan, ia dapat dengan mudah menyelesaikannya.
Sebaliknya jika siswa tidak mempelajari dengan baik materi yang tersaji dalam
soal itu biasanya mendapat hasil yang kurang baik.
b. Sesuai
dengan namanya, soal tipe subjektif ini dalam pemeriksaan dan pemberian nilai
akhir seringkali dipengaruhi faktor subjektivitas dari pemeriksa atau pemberi
nilai, sehingga nilai akhir yang diterima siswa ada kemungkinan bisa, kurang mencerminkan kemampuan
sebenarnya. Faktor subjektivitas itu sebagai akibat pengaruh kondisi pemeriksa,
siswa dan lingkungan.
c. Pemeriksaan
jawaban pada tes subjektif ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang,
tetapi harus diperiksa oleh orang yang benar-benar ahli dalam bidangnya. Bila
pemeriksa kurang mengetahui pokok persoalan yang diujikan, akan mengakibatkan
hasil pemeriksaan yang dapat merugikan siswa. Demikian pula jika pemeriksa
kurang memiliki pengetahuan luas mengenai cara penyelesaian suatu soal, mungkin
langkah-langkah penyelesaian suatu soal tidak sama dengan kunci jawaban akan
dianggap salah, padahal pekerjaan itu benar.
d. Memeriksa
jawaban tes subjektif cukup rumit sehingga memerlukan waktu yang cukup banyak.
Pola jawaban siswa untuk soal bentuk ini bisa beraneka ragam, karena siswa
diberi kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya sendiri. Pengetahuan yang telah
diperoleh dan dikuasainya akan diutarakan sesuai dengan relevansi pada jawaban
persoalan yang ditanyakan. Tiap siswa tentu akan memberikan uraian yang
berlainan dan bermacam-macam, apalagi jika persoalannya divergen. Meskipun
demikian dalam matematika keanekaragaman ini tidak akan jauh berbeda karena
sifatnya eksak, lain halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya. Karena
keanekaragaman itu, baik cara penyelesaian maupun alur pikiran yang terdapat di
dalamnya, maka pemeriksaaan akan memerlukan banyak waktu dan melelahkan.
Kelemahan-kelemahan
menurut Suherman, E (1993) di atas hampir sama dengan apa yang dinyatakan oleh
Gronlund, N.E (1982). Selain kelemahan tersebut, Gronlund, N.E (1982) juga
menyatakan bahwa kelemahan tes subjektif ini berkaitan dengan respon siswa.
Karena siswa harus menulis jawaban dengan kata-kata sendiri, maka kemampuan
menulis cenderung untuk mempengaruhi skor yang mereka terima. Miskin ekspresi
dan kesalahan dalam menggunakan tanda baca, ejaan, dan tata bahasa biasanya
mengurangi skor yang didapatkan.
2.3
Jenis-jenis
Tes Subjektif
Dilihat dari luas-sempitnya (scope) materi/masalah yang ditanyakan, soal tes bentuk subjektif
atau uraian memiliki dua bentuk, yaitu essay atau uraian terbatas (restricted response items) dan essay
atau uraian bebas (extended respons items).
Beberapa tahun ke belakang, Depdikbud menyebut kedua jenis soal ini dengan
istilah tes uraian objektif dan tes uraian non-objektif. Walaupun sebenarnya
jika dilihat lebih dalam, kedua jenis tes terakhir ini (uraian objektif dan
uraian non-objektif) merupakan bagian dari tes subjektif terbatas, karena
pengelompokkan tes uraian menjadi uraian objektif dan uraian non-objektif hanya
didasarkan kepada pendekatan pemberian skor saja.
Perbedaan antara soal bentuk uraian objektif dengan
uraian non-objektif terletak pada kepastian pemberian skor. Pada soal bentuk
uraian objektif, kunci jawaban dan pedoman penskorannya lebih pasti (diuraikan
secara jelas hal/ komponen yang di skor dan berapa skor untuk masing-masing
komponen tersebut. Sedangkan pada soal uraian non-objektif pedoman penskoran
dinyatakan dalam rentangan (0 – 4 atau 0 – 10), sehingga pemberian skor
(penentuan kualitas jawaban) sedikit banyak akan dipengaruhi oleh unsur
subjektif si pemberi skor. Untuk mengurangi subjektifitas ini, dapat dilakukan
dengan cara membuat pedoman penskoran
secara rinci dan jelas, sehingga pemberian skor dapat relatif sama.
2.3.1
Tes Uraian Objektif
Tes uraian objektif adalah bentuk tes uraian yang
butir soalnya memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan yang relatif lebih
pasti, sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif (walaupun pemeriksa
berbeda namun dapat menghasilkan skor yang relatif sama). Artinya model tes ini
memiliki kunci jawaban yang pasti, sehingga jawaban benar bisa diberi skor 1
dan jawaban salah 0.
Anthony J. Nitko (1996) mengatakan bahwa tes subjektif
terbatas tepat dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar kompleks yang
berupa kemampuan :
a.
menjelaskan hubungan sebab akibat
b.
melukiskan pengaplikasian
prinsip-prinsip
c.
mengajukan argumentasi-argumentasi yang
relevan
d.
merumuskan hipotesis-hipotesis dengan
tepat
e.
merumuskan asumsi-asumsi yang tepat
f.
melukiskan keterbatasan-keterbatasan
data
g.
merumuskan kesimpulan-kesimpulan secara
tepat
h.
menjelaskan metoda dan prosedur
i.
hal-hal sejenis yang menuntut kemampuan
siswa untuk melengkapi jawabannya.
2.3.2
Tes Uraian Non-Objektif
Tes Uraian Non-objektif adalah bentuk tes uraian
yang butir soalnya memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan jawaban yang
bebas, menuntut siswa untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan
(menguraikan dan memadukan gagasan- gagasan) pribadi atau hal-hal yang telah
dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut
dalam bentuk uraian tertulis sehingga dalam penskorannya mengandung unsur
subjektifitas (sukar dilakukan secara objektif)
Tes subjektif bebas tepat dipergunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar yang bersifat kompleks yang berupa
kemampuan-kemampuan :
a.
menghasilkan, menyusun dan menyatakan
ide-ide
b.
memadukan berbagai hasil belajar dari
berbagai bidang studi
c.
merekayasa bentuk-bentuk orisinal,
seperti mendisain sebuah eksperimen
d.
mengevaluasi nilai suatu ide
2.4 Jenis-jenis Pertanyaan dalam Tes Subjektif
Kebebasan respon yang dihasilkan
dari pertanyaan subjektif adalah bervariasi. Siswa mungkin diminta untuk
memberikan respon yang singkat dan tepat, atau mereka mungkin diberikan
kebebasan yang lebih luas dalam menentukan bentuk dan ruang lingkup jawaban
mereka. Terkait dengan kebebasan respon di atas, menurut Gronlund, N.E (1982) pertanyaan
subjektif dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu ;
- Pertanyaan-pertanyaan dengan
jawaban terbatas (restricted-response
questions)
Pertanyaan
dengan jawaban terbatas memiliki kedudukan yang terbatas pada jawaban yang
diberikan. Batas-batas subjek yang harus dipertimbangkan biasanya didefinisikan
secara sempit dalam masalah dan jawabannya spesifik yang ditunjukkan dengan
kata-kata seperti “daftarkan”, “definisikan”, dan “berikan alasan”. Dalam
beberapa kasus, lebih lanjut jawaban dibatasi dengan menggunakan kata pengantar
atau dengan menggunakan arah khusus :
Contoh:
Jelaskan manfaat relatif dari item tes
objektif dan tes
subjektif
untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat pemahaman! Maksimal jawaban satu halaman.
Membatasi
bentuk dan ruang lingkup dari jawaban-jawaban pertanyaan subjektif memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya
adalah menyusun pertanyaan seperti itu dapat dibuat lebih
mudah, lebih terkait langsung dengan hasil pembelajaran yang spesifik, dan
menskor lebih mudah. Di sisi lain, pertanyaan
dengan jawaban terbatas kurang baik
untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat sintesis dan evaluasi.
- Pertanyaan-pertanyaan dengan
jawaban terbuka (extended-response
questions)
Pertanyaan-pertanyaan
dengan jawaban terbuka (extended-response
questions) digunakan untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat
sintesis dan evaluasi. Pertanyaan ini memberikan kebebasan kepada siswa yang
hampir tak terbatas untuk menentukan bentuk dan ruang lingkup jawaban mereka.
Meskipun masih terdapat beberapa batasan-batasan, seperti batasan waktu atau
batasan halaman, batasan pada bahan-bahan materi yang termasuk dalam jawaban
dan bentuk jawaban dapat diminimumkan. Siswa harus diberikan kebebasan yang
cukup untuk menunjukkan kemampuan sintesis dan evaluasi, dan cukup dikontrol
untuk memastikan bahwa keahlian dan kemampuan intelektual akan dipanggil keluar
oleh pertanyaan itu.
Pertanyaan
dengan jawaban terbuka (exended-response
question) menyediakan ide-ide kreatif yang terintegrasi, mengevaluasi
secara keseluruhan material, dan merupakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving). Itu semua merupakan
hasil belajar yang penting, dan tidak dapat diukur dengan jenis item-item tes
lainnya oleh orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar