1.
Keterampilan Bertanya (Questioning Skills)
Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memainkan
peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula akan memberikan
dampak positif terhadap siswa, yaitu:
a.
meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan
belajar-mengajar,
b.
membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap
suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan,
c.
mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa
sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya,
d.
menuntut proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang
baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik,
e.
memustakan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang
dibahas.
- Dasar-dasar Pertanyaan yang Baik
1.
Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.
2.
Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan.
3.
Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu.
4.
Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berpikir
sebelum menjawab pertanyaan.
5.
Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh murid secara
merata.
6.
Berikan respons yang ramah dan menyenangkan sehingga
timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya.
7.
Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan
sendiri jawaban yang benar.
- Jenis-jenis Pertanyaan yang Baik
1.
Jenis pertanyaan menurut maksudnya
a.
Pertanyaan permintaan (compliance question) (menghendaki
siswa agar mematuhi perintah yg diucap dlm bentuk pertanyaan. Contoh: dapatkah
kamu tenang agar suara bapak dapat kalian dengar)
b.
Pertanyaan retoris (rhetorical question) (pertanyaan
yg tdk menghendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru. Contoh: mengapa
observasi diperlukan sebelum PPL. Guru menjawab......)
c.
Pertanyaan mengarahkan untuk menuntun (prompting
question) (memberi arah dalam proses berpikir
murid dg maksud agar siswa memperhatikan dg seksama bagian ttt yg
dianggap penting. Di sisi lain bila murid salah menjawab atau tdk bisa menjawab
guru dapat mengajukan pertanyaan yg menuntun proses berpikir siswa shg siswa
menemukan jawaban)
d.
Pertanyaan menggali (probing question)(pertanyaan
lanjutan yg akan mendorong murid utk lebih mendalami jawaban atas pertanyaan
pertama, dg maksud meningkatkan kualitas dan kuantitas jawaban yg diberikan)
2.
Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom
a.
Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question) (pertanyaan
yg mengarah kpd ingatan dg menggunakan kata-kata : apa, di mana, kapan, siapa,
dan sebutkan)
b.
Pertanyaan pemahaman (comprehension question) (menghendaki
pemahaman dg kata-kata sendiri. Spt : jelaskan, uraikan, dan bandingkan)
c.
Pertanyaan penerapan (aplication question) (menghendaki
jawaban jawaban utk menerapkan pengetahuan atau informasi yg diterima. Contoh :
berdasarkan proses tersebut, kesimpulan apa yg dapat anda berikan)
d.
Pertanyaan
sintesis (synthesis question)(menghendaki jawab benar dan tdk
tunggal, tetapi lebih dari satu dan menuntut murid membuat ramalan (prediksi),
pemecahan masalah, mencari komunikasi. Contoh : apa yang terjadi jika musim
kemarau tiba)
e.
Pertanyaan evaluasi (evaluation question) (menghendaki
jawaban yang memberikan penilaian atau pendapat thd suatu isu yang ditampilkan.
Bagaimana pendapat anda terhadap perkembangan teknologi informasi)
- Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
1.
Kehangatan dan Keantusiasan
Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses
belajar-mengajar, guru perlu menunjukkan sikap baik pada waktu mengajukan
pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Sikap dan car guru termasuk
suara, ekspresi wajah, dan posisi badan menampakkan ada-tidaknya kehangatan dan
keantusiasannya.
2.
Kebiasaan yang Perlu Dihindari
a.
Jangan mengulang-ulang pertanyaan bila siswa tidak
mampu menjawabnya.
b.
Jangan mengulang-ulang jawaban siswa.
c.
Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan
sebelum siswa memperoleh kesempatan untuk menjawabnya.
d.
Usahakan agar siswa tidak menjawab pertanyaan secara
serempak karena guru tidak dapat mengetahui dengan pasti siapa yang menjawab
benar dan siapa yang salah serta menutup kemungkinan berinteraksi selanjutnya.
e.
Menentukan siapa siswa yang harus menjawab sebelum
mengajukan pertanyaan akan menyebabkan siswa yang tidak ditunjuk untuk menjawab
tidakn memikirkan jawaban pertanyaan.
f.
Pertanyaan ganda.
- Komponen-komponen Keterampilan Bertanya Dasar
1.
Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat
Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan
singkat dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh siswa sesuai
dengan taraf perkembangannya.
2.
Pemberian acuan
Sebelum memberikan pertanyaan, kadang-kadang guru
perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang berisi informasi yang
relevan dengan jawaban yang diharapkan dari siswa.
3.
Pemindahan giliran
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih
dari seorang siswa karena jawaban siswa benar atau belum memadai.
4.
Penyebaran
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya di dalam
pelajaran, guru perlu menyebarkan giliran jawaban pertanyaan secara acak. Ia
hendaknya berusaha agar semua siswa mendapat giliran secara merata.
5.
Pemberian waktu berpikir
Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa,
guru perlu memberi waktu beberapa detik untuk berpikir sebelum menunjukkan
salah seorang siswa untuk menjawabnya.
6.
Pemberian tuntunan
Bila siswa tidak menjawab salah atau tidak dapat
menjawab, guru hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa itu agar ia dapat
menemukan sendiri jawaban yang benar.
- Komponen-komponen Keterampilan Bertanya Lanjutan
Keterampilan bertanya lanjut dibentuk atas dasar
penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Oleh sebab itu, komponen bertanya
dasar masih dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut.
Adapun
komponen-komponennya adalah sebagai berikut:
1.
Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam
menjawab pertanyaan
2.
Pengaturan urutan pertanyaan
3.
Penggunaan pertanyaan pelacak
4.
Peningkatan terjadinya interaksi
2.
Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah
bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi
tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan
informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (siswa) atas
perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Atau, penguatan
adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk
mengganjar atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi
dalam interaksi belajar-mengajar.
a.
Tujuan Pemberian Penguatan
Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap
positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut:
1.
Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.
2.
Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
3.
Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku
siswa yang produktif.
b.
Jenis-jenis Penguatan
1.
Penguatan verbal
Biasanya diungkapkan atau diutarakan dengan
menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan, dan sebagainya,
misalnya bagus; bagus sekali; betul; pintar; ya, seratus buat kamu!
2.
Penguatan noverbal
c.
Prinsip Penggunaan Penguatan
1. Kehangatan dan keantusiasan
2.
Kebermaknaan
3.
Menghindari penggunaan respons yang negatif
d.
Cara Menggunakan Penguatan
1.
Penguatan kepada pribadi tertentu
Penguatan harus jelas kepada siapa ditujukan sebab
bila tidak, aka kurang efektif. Oleh karena itu, sebelum memberikan penguatan,
guru terlebih dahulu menyebut nama siswa yang bersangkutan sambil menatap
kepadanya.
2.
Penguatan kepada kelompok
Penguatan dapat pula diberikan kepada sekelompok
siswa, misalnya apabila satu tugas telah diselesaikan dengan baik oleh satu
kelas, guru membolehkan kelas itu bermain bola voli yang menjadi kegemarannya.
3.
Pemberian penguatan dengan segera
Penguatan seharusnya diberikan segera setelah
muncul tingkah laku atau respons siswa yang diharapkan. Penguatan yang ditunda
pemberiannya, cenderung kurang efektif.
4.
Variasi dalam penggunaan
Jenis atau macam penguatan yang digunakan hendaknya
bervariasi, tidak terbatas pada satu jenis saja karena hal ini menimbulkan
kebosanan dan lama-kelamaan akan kurang efektif.
3.
Keterampilan Mengadakan Variasi
a.
Pengertian
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam
konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi
kebosanan murid sehingga, dalam situasi belajar-mengajar, murid senantiasa
menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Untuk itu anda
sebagai calon guru perlu melatih diri agar menguasai keterampilan tersebut.
b.
Tujuan dan Manfaat
1.
Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa
kepada aspek-aspek belajar-mengajar yang relevan.
2.
Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat
ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.
3.
Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru
dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan
belajar yang lebih baik.
4.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
cara menerima pelajaran yang disenanginya.
c.
Prinsip Penggunaan
1.
Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud
tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
2.
Variasi harus digunakan secara lancar dan
berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak
mengganggu pelajaran.
3.
Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit
dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.
d.
Komponen-komponen Keterampilan Mengadakan
Variasi
1.
Variasi dalam cara mengajar guru
a.
Penggunaan variasi suara (teacher voice).
b.
Pemusatan perhatian siswa (focusing)
c.
Kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence)
d.
Mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and
movement).
e.
Gerakan badan mimik.
f.
Pergantian posisi guru di dalam kelas dan gerak guru (teachers
movement).
2.
Variasi dalam penggunaan media dan alat
pengajaran
Media dan alat pengajaran, bila ditinjau dari
indera yang digunakan, dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat
didengar, dilihat dan diraba.
Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut:
a.
Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual
aids).
b.
Variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditif
aids)
c.
Variasi alat atau bahan yang dapat diraba,
dimanipulasi, dan digerakkan (motorik).
d.
Variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat,
dan diraba (audiovisual aids).
3.
Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
a.
Pola guru-murid:
Komunikasi sebagai aksi (satu arah).
b.
Pola guru-murid-guru:
Ada balikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antarsiswa
(komunikasi sebagai interaksi).
c.
Pola guru-murid-murid:
Ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
d.
Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid:
Interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid
(komunikasi sebagai transaksi, multiarah).
e.
Pola melingkar:
Setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban,
tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat
giliran.
4.
Keterampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan dalam pengajaran ialah
penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk
menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara
sebab dan akibat, definisi contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.
a.
Tujuan Memberikan Penjelasan
1.
Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hukum,
dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
2.
Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan
masalah-masalah atau pertanyaan.
3.
Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat
pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
4.
Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses
penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
b.
Alasan Perlunya Keterampilan Menjelaskan Dikuasai oleh Guru
1.
Meningkatkan keefektifan pembicaraan agar benar-benar
merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa karena pada umumnya pembicaraan
lebih didominasi oleh guru daripada oleh siswa.
2.
Penjelasan yang diberikan oleh guru kadang-kadang tidak
jelas bagi muridnya, tetapi hanya jelas bagi guru sendiri. Hal ini tercermin
dalam ucapan guru: “Sudah jelas, bukan?” atau “Dapat dipahami, bukan?” Oleh
karena itu, kemampuan mengelola tingkat pemahaman murid sangat penting dalam
memberikan penjelasan.
3.
Tidak semua murid dapat menggali sendiri pengetahuan
dari buku atau dari sumber lainnya. Oleh karena itu, guru perlu membantu
menjelaskan hal-hal tertentu.
4.
Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan
oleh murid dalam belajar. Guru perlu membantu dengan cara memberikan informasi
lisan berupa penjelasan yang cocok dengan materi yang diperlukan.
c.
Komponen-komponen Keterampilan Menjelaskan
1.
Merencanakan
2.
Penyajian suatu penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan
hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.
Kejelasan
b.
Penggunaan contoh dan ilustrasi
c.
Pemberian tekanan
d.
Penggunaan balikan
5.
Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Yang dimaksud dengan set induction ialah
usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar
untuk menciptakan prokondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat
pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek
yang positif terhadap kegiatan belajar. Dengan kata lain, kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan
perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajarinya.
Kegiatan membuka pelajaran
tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal jam pelajaran, tetapi juga pada awal
setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengemukakan tujuan yang akan dicapai,
menarik perhatian siswa, memberi acuan, dan membuat kaitan antara materi
pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa dengan bahan yang akan dipelajarinya.
a.
Tujuan Pokok Siasat Membuka Pelajaran
Menyiapkan mental siswa
agar siap memasuki persoalan yang akan dipelajari atau dibicarakan.
Menimbulkan minat serta pemusatan
perhatian siswa terhadap apa yang akan dibicarakan dalam kegiatan
belajar-mengajar.
b.
Siasat Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar-mengajar.
Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh
tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian
siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar.
c.
Komponen Keterampilan Membuka dan Menutup
Pelajaran
1.
Membuka pelajaran
Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi:
a.
Menarik perhatian siswa
b.
Menimbulkan motivasi
c.
Memberikan acuan melalui berbagai usaha
d.
Membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi
yang akan dipelajari dengan pengalaman pengetahuan yang telah dikuasai siswa.
2.
Menutup pelajaran
Cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menutup
pelajaran adalah:
a.
Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan
merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.
b.
Mengevaluasi.
6.
Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah
suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi
tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan
kesimpulan, atau pemecahan masalah.
Pengertian diskusi kelompok
dalam kegiatan belajar-mengajar tidak jauh berbeda dengan pengertian di atas.
Siswa berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil di bawah pimpinan guru atau
temannya untuk berbagai infromasi, pemecahan masalah, atau pengambilan
keputusan. Diskusi tersebut berlangsung dalam suasana terbuka. Setiap siswa
bebas mengemukakan ide-idenya tanpa merasa ada tekanan dari teman atau gurunya,
dan setiap siswa harus menaati peraturan yang ditetapkan sebelumnya.
Diskusi kelompok merupakan
suatu kegiatan yang harus ada dalam proses belajar-mengajar. Akan tetapi, tidak
setiap guru dan calon guru mampu membimbing para siswanya untuk berdiskusi
tanpa mengalami latihan. Oleh karena itu, keterampilan ini perlu diperhatikan
agar para guru dan clon guru mampu melaksanakan tugas ini dengan baik.
a.
Komponen Keterampilan Membimbing Diskusi
1.
Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik
diskusi
2.
Memperluas masalah atau urunan pendapat
3.
Menganalisis pandangan siswa
4.
Meningkatkan urunan siswa
5.
Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
6.
Menutup diskusi
7.
Hal-hal yang harus diperhatikan
·
Mendominasi diskusi sehingga siswa tidak diberi
kesempatan
·
Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi.
·
Membiarkan terjadinya penyimpangan dari tujuan
diskusi dengan pembicaraan yang tidak relevan.
·
Membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi.
·
Tidak memperjelas atau mendukung urunan pikir
siswa.
·
Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.
7.
Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar.
Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
yang optimal bagi terjadinya proses belajar-mengajar. Yang termasuk ke dalam
hal ini misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian
kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa,
atau penetapan norma kelompok yang produktif.
Suatu kondisi belajar yang
optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran
serta mengendalikannya dalam hubungan interpersonal yang baik antara guru dan
siswa dan siswa dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya
proses belajar-mengajar yang efektif.
a.
Prinsip Penggunaan
1.
Kehangatan dan keantusiasan
2.
Tantangan
3.
Bervariasi
4.
Keluwesan
5.
Penekanan pada hal-hal yang positif
6.
Penanaman disiplin diri
b.
Komponen Keterampilan
1.
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan
dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)
Keterampilan ini berkiatan dengan kemampuan guru
dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan hal-hal tersebut yang meliputi keterampilan sebagai
berikut:
a.
Menunjukkan sikap tanggap
b.
Memberi perhatian
c.
Memusatkan perhatian kelompok
d.
Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
e.
Menegur
f.
Memberi penguatan
2.
Keterampilan yang berhubungan dengan
pengembalian kondisi belajar yang optimal
c.
Hal-hal yang Harus Dihindari
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada
sejumlah kekeliruan yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut:
1.
Campur tangan yang berlebihan (teachers
instruction)
2.
Kelenyapan (fade away)
3.
Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan
(stops and starts)
4.
Penyimpangan (degression)
5.
Bertele-tele (overdwelling)
8.
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan
Perseorangan
Secara fisik bentuk
pengajaran ini ialah bila jumlah siswa yang dihadapi oleh guru terbatas, yaitu
berkisar antara 3 – 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk
perseorangan. Ini tidak berarti bahwa guru hanya menghadapi satu kelompok atau
seorang siswa saja sepanjang waktu belajar. Guru menghadapi banyak siswa yang
terdiri dari beberapa kelompok yang dapat bertatap muka, baik secara
perseorangan maupun secara kelompok.
Hakikat pengajaran ini adalah:
·
Terjadinya hubungan interpersonal antara guru
dengan siswa dan juga siswa dengan siswa.
·
Siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan
kemampuan masing-masing.
·
Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan
kebutuhannya, dan
·
Siswa dilibatkan dalam perencanaan kegiatan
belajar-mengajar.
Peran guru dalam pengajaran ini ialah sebagai:
·
Organisator kegiatan belajar-mengajar,
·
Sumber informasi (nara sumber) bagi siswa,
·
Motivator bagi siswa untuk belajar,
·
Penyedia materi dan kesempatan belajar
(fasilitator) bagi siswa,
·
Pembimbing kegiatan belajar siswa (konselor),
dan
·
Peserta kegiatan belajar.
Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan
perhatian terhadap setiap siswa terjadinya hubungan yang lebih akrab antara
guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Adakalanya siswa lebih mudah
belajar dari temannya sendiri, ada pula siswa yang lebih mudah belajar karena
harus mengajari atau melatih temannya sendiri. Dalam hal ini pengajaran
kelompok kecil dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Pengajaran ini memungkinkan
siswa belajar lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar,
berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa, serta daapt
memenuhi kebutuhan siswa secara optimal.
Akhirnya dapat disimpulkan
bahwa kombinasi pengajaran klasikal, kelompok kecil, dan perseorangan
memberikan peluang yang besar bagi tercapainya tujuan pengajaran. Dengan
demikian, penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan
merupakan satu kebutuhan yang esensial bagi setiap calon guru dan guru
profesional.
- Penggunaan di dalam Kelas
1.
Variasi pengorganisasian
Di bawah ini disajikan berbagai variasi
pengorganisasian untuk memberikan kesempatan belajar kepada siswa dalam
kelompok kecil maupun perseorangan.
- Komponen-komponen Keterampilan
1.
Keterampilan mengadakan pendekatan secara
pribadi
2.
Keterampilan mengorganisasi
3.
Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
4.
Keterampilan merencanakan dan melaksanakan
kegiatan belajar-mengajar
0 komentar:
Posting Komentar